Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mulai meningkatnya suhu politik menjelang pemilu serentak 2019 membawa berkah bagi pengusaha percetakan dan konveksi di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, karena pesanan produk mulai meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Mulai banyak pesanan kalender, spanduk, kaus, dan atribut lainnya. Ini tentu menguntungkan bagi pelaku usaha seperti kami," kata Riskon Fabiansyah, seorang pengusaha percetakan di Sampit, Selasa, 1 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilu serentak memang baru akan dilaksanakan pada 2019 nanti, tapi geliat politik sudah mulai terasa. Partai politik makin gencar melakukan rapat konsolidasi sehingga memerlukan atribut seperti kaus, kemeja, spanduk, bendera, dan baliho.
Tokoh-tokoh yang diprediksi akan maju dalam pemilu legislatif juga mulai gencar mensosialisasikan diri. Dari mereka, berbagai pesanan datang, seperti kalender, brosur, dan stiker, sebagai bentuk sosialisasi diri.
Peningkatan omzet terasa sejak dua bulan terakhir. Riskon memprediksi tren peningkatan akan terus terjadi hingga puncaknya menjelang pemilu serentak 2019 nanti.
Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan, Riskon sudah menyiapkan stok bahan yang diperkirakan banyak dipilih pelanggan. Selain atribut bernuansa politik, permintaan pakaian olahraga dari instansi pemerintah juga meningkat.
Meski begitu, Riskon mengaku tetap berhati-hati dalam menerima pesanan. Dia pernah mempunyai pengalaman kurang menyenangkan pada pemilu 2014 lalu karena ada calon legislatif yang tidak melunasi pembayaran hingga saat ini.
"Jadi sekarang saya memberlakukan aturan harus bayar uang muka 50 persen dari total harga. Ini soal bisnis. Kalau tidak seperti itu, bisa bangkrut," kata pengusaha yang akrab disapa Eko Syailendra ini.
Menurut Eko, peluang usaha percetakan masih terbuka lebar. Pertumbuhan ekonomi dan pesatnya kemajuan Kotawaringin Timur berimbas pada meningkatnya permintaan produk-produk percetakan.
Kendala saat ini adalah makin ketatnya persaingan sehingga setiap pelaku usaha menerapkan standar harga berbeda. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi pelaku usaha yang baru merintis dengan modal terbatas.
Untuk menghadapi situasi itu, pelaku usaha harus terus berinovasi agar dapat menarik minat pelanggan. Dengan ketekunan, Eko yakin pelaku usaha bisa terus bertahan, berkembang, dan maju.