DI luar dugaan, pasar mobil tahun ini cukup lumayan. Bahkan penjualan sampai Oktober lalu sudah melampaui target, walaupun angkanya tetap lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2000. Kondisi yang tidak terlalu bagus ini bukan mustahil akan berlanjut tahun depan. Penjualan mobil diperkirakan akan kembali turun. Apalagi resesi global yang dipicu oleh serangan 11 September dan serbuan Amerika Serikat ke Afganistan sedikit-banyak akan berdampak terhadap prospek bisnis otomotif di Indonesia.
Data yang dirilis oleh Astra International menyebutkan, sampai November lalu, penjualan mobil sudah mencapai 283.558 ribu unit—berarti lebih tinggi dari perkiraan awal tahun, sebesar 250 ribu unit. Sampai akhir tahun ini, diperkirakan jumlah mobil yang terjual bakal mencapai 297 ribu unit. Bandingkan dengan tingkat penjualan tahun lalu, yang mencapai 301 ribu unit. Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Bambang Trisulo mengatakan bahwa tahun depan pasar mobil akan menciut sekitar 10 persen atau menjadi 270 ribu-280 ribu unit.
Menurut analis otomotif Goei Siauw Hong, tingginya penjualan mobil tahun ini disebabkan oleh beberapa hal. Selain harganya tidak naik, terjadi pergeseran pasar dari Jakarta ke daerah. Dulu, sebelum 1999, katanya, kawasan Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jabotabek) menguasai 60 persen pasar, sedangkan kini justru terbalik. Daerah-daerah yang mengandalkan agrobisnis seperti ketiban rezeki tahun ini ketika dolar AS kembali menembus Rp 10 ribu. "Itulah yang kemudian mendorong penjualan mobil di daerah naik," ujar Goei Siauw Hong.
Kendati penjualan mobil di atas perkiraan, banyak kalangan melihat persaingan di pasar mobil semakin keras, bahkan cenderung tidak sehat. Salah satu indikasinya adalah tidak naiknya harga mobil sepanjang tahun ini. Padahal nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun dari rata-rata Rp 8.400 pada tahun 2000 menjadi Rp 10.200 tahun ini. "Ini aneh. Mestinya harga mobil naik," kata pengamat otomotif Soehari Sargo. Bambang mengakui bahwa kompetisi di pasar mobil memang mengeras. Dia mencontohkan, banyak penjual yang bersaing memberikan hadiah, diskon langsung, bunga ringan, uang muka (down payment) nol persen, bebas suku cadang, sampai memberikan uang tunai. "Ini sangat memberatkan pasar," Bambang memastikan.
Banyak kalangan meramalkan, tahun depan persaingan akan tetap keras. Toyota, misalnya, memperkirakan pasarnya akan turun menjadi sekitar 27 persen dibandingkan dengan 30 persen pada tahun lalu. "Persaingan akan makin keras. Kita melihat Hyundai, yang terus melengkapi produknya, akan menjadi salah satu pesaing," kata Hendrayadi Lastiyoso, Manajer Komunikasi Toyota Astra Motor. Dalam beberapa bulan terakhir ini, Hyundai dan juga Kia memang terus meluncurkan produk barunya sehingga rentang produksi mereka kian lengkap. Kia, misalnya, baru saja meluncurkan Pregio yang berkapasitas 12 orang.
Berbeda dengan Bambang Trisulo, Wakil Presiden Astra International, Aminuddin, masih yakin pasar akan membaik. "Pasar masih mungkin akan naik 10-20 persen, tapi dengan catatan perekonomian juga membaik," katanya. Hal yang sama dikemukakan Angky Camaro, Wakil Presiden Indomobil. Menurut Angky, tahun ini Suzuki berhasil menjual 60 ribu unit atau naik 20 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Kenaikan itu, katanya, didorong oleh tingginya penjualan di kelas menengah ke bawah atau harga di bawah Rp 100 juta. "Kita mau berkonsentrasi di kelas itu saja karena selama tiga bulan terakhir penjualan di kelas itu naik cukup tinggi," katanya.
Meski demikian, Soehari tetap mengingatkan bahwa persaingan pada tahun 2002 bisa semakin keras. "Tingkat ketidakpastian ekonomi akan sangat tinggi pada tahun depan," katanya. Krisis ekonomi dunia tahun ini memang belum begitu banyak mengimbas ke Indonesia. Tapi dampaknya akan mulai terasa. Itu sebabnya pengusaha bidang otomotif tak perlu berharap bahwa penjualan mobil akan naik tahun depan.
M. Taufiqurohman, Agus S. Riyanto, Iwan Setiawan, Rian Suryalibrata
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini