Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pertamax, Gan

Pembatasan bahan bakar Premium tahun depan tak akan mengerem pertumbuhan penjualan mobil baru. Kuncinya: perekonomian terus tumbuh.

6 Desember 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RENCANA pemerintah membatasi penggunaan bahan bakar bersubsidi tidak merisaukan Andre Wicaksono. Pemilik Nissan Grand Livina produksi 2009 ini sudah beralih ke Pertamax sejak September lalu. Meski bensin ini harganya meloncat loncat, rata rata lebih mahal Rp 1.500 2.000 per liter dibanding Premium, konsumsinya lebih irit sekitar 30 persen dibanding bensin bersubsidi.

Bukan cuma itu, "Tarikannya juga lebih yahud," ujar warga Depok, Jawa Barat, itu. Ini berkat angka oktan Pertamax yang lebih tinggi dibanding Premium, sehingga pembakaran mesin lebih efisien.

Andre mengaku tak mau mengasup bensin bersubsidi lagi. Jika Pertamax tiada di stasiun pengisian bahan bakar umum langganannya, ia rela berkeliling mencarinya ke pelbagai pompa bensin.

Walhasil, tutur lelaki berumur 40 ini, rencana pembatasan penggunaan Premium juga tidak mengganggu niatnya membeli mobil baru tahun depan. Ia yakin bisa memiliki mobil baru, karena tahun ini perusahaannya bakal untung besar. Bonus akhir tahunnya dipastikan lebih dari cukup untuk membayar uang muka mobil itu. "Sedang dihitung, agar (kreditnya) sesuai isi kantong," kata general manager sales & marketing sebuah perusahaan swasta itu.

Andre tidak sendirian. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) hakulyakin pembeli produk otomotif tahun depan akan bertambah, makin mendekati enam digit. "Kami perkirakan penjualan mobil tahun depan bisa 800 ribu unit," kata Wakil Ketua Umum Gaikindo Rizwan Alamsyah.

Jumlah ini 60 80 ribu unit lebih tinggi dibanding perkiraan penjualan 2010. Per Oktober lalu, mobil yang terjual mencapai 625 ribu unit-naik 60 persen dibanding Oktober 2009. Dengan rata rata penjualan 58 60 ribu unit per bulan, penjualan mobil bakal menembus 720 740 ribu unit di akhir 2010. Ini rekor tertinggi penjualan mobil sepanjang sejarah Indonesia.

Rekor itu tercapai berkat kondisi perekonomian yang bagus selama 2010. Menurut Rizwan, bila kondisi perekonomian nasional pada 2011 bagus, tak ada alasan pasar otomotif mandek. "Faktor ekonomi paling mempengaruhi penjualan mobil," ujarnya.

Soalnya, industri ini berkaitan erat dengan perpindahan barang dan orang. "Semakin aktif kondisi ekonomi, industri otomotif kian cepat tumbuh karena kebutuhan terhadap alat transportasi semakin tinggi," kata Direktur Pemasaran PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors ini.

Angka pertumbuhan 10 persen tahun depan, menurut Rizwan, mengacu pada beberapa asumsi: makroekonomi normal, inflasi tetap rendah, suku bunga bagus, performa ekspor impor berjalan baik, dan harga komoditas tetap bagus. Adapun pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi, kenaikan tarif parkir, dan penerapan electronic road pricing, menurut Rizwan, bukan kendala utama orang membeli mobil. "Kalau ekonomi tumbuh di atas enam persen, kami yakin penjualan 800 ribu unit bisa terealisasi," katanya.

Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor Joko Trisanyoto mengatakan target pemerintah yang mematok pertumbuhan ekonomi 6,4 persen pada 2011 membawa angin segar bagi industri otomotif dan industri lainnya. Apalagi target pemerintah tak jauh berbeda dengan prediksi World Bank yang memperkirakan ekonomi Indonesia bakal tumbuh 6,2 persen. "Ekonomi membaik, penjualan mobil tumbuh," katanya.

Masih ada "octane booster" lainnya dalam pertumbuhan penjualan mobil. Rasio kepemilikan mobil di Indonesia terbilang rendah, sehingga peluang bisnis otomotif berkembang terbuka luas. Menurut Joko, Malaysia dengan jumlah penduduk 28 juta jiwa mempunyai rasio kepemilikan mobil 641 untuk setiap 1.000 penduduk. "Sedangkan Indonesia dengan 235 juta penduduk hanya memiliki rasio 21 unit mobil per 1.000 jiwa."

Peningkatan permintaan itu terjadi saat industri otomotif nasional sudah mencapai taraf matang. Misalnya, sekitar 90 persen komponen mobil kini diproduksi di dalam negeri. Sementara itu, terjadi pula penambahan investasi untuk mendongkrak kapasitas produksi. "Kalau penjualan tumbuh 10 persen, investasi juga naik 10 persen," kata Rizwan Alamsyah.

Bahwa tahun depan bakal jadi tahun gemilang dalam penjualan mobil juga diungkapkan Endro Nugroho, Direktur Pemasaran PT Suzuki Indomobil Sales, dan Teddy Irawan, Vice President Sales & Marketing PT Nissan Motor Indonesia. Menurut mereka, penjualan akan terpengaruh sedikit jika suku bunga kredit dan inflasi naik. Ini karena hampir 70 persen pembelian mobil pakai kredit. Jika bunga pinjaman dan inflasi naik, penjualan bakal sedikit tertekan.

Penjualan juga diperkirakan bakal sedikit terpengaruh oleh kenaikan pajak seperti pajak penjualan barang mewah dan pajak progresif. Soalnya, sesuai dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah, sejumlah daerah berencana menaikkan pajak kendaraan, seperti pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama. "Kalau diterapkan, pasti berdampak pada penjualan," kata Johnny Darmawan, Ketua III Gaikindo dan Direktur Utama PT Toyota Astra Motor.

Namun Johnny tetap optimistis penjualan mobil tahun depan bakal menyentuh 830 ribu unit atau naik 11 persen dibanding tahun ini. Faktor pemicunya antara lain tingkat suku bunga yang stabil dan inflasi terkendali serta nilai tukar rupiah terhadap dolar yang tidak bergolak. "Tapi pertumbuhan ekonomi tetap menjadi faktor paling kuat peningkatan penjualan," katanya.

Penjualan Motor dan Mobil 2010*

MobilMotor
Jan52,8502,9
Mei60,5640,2
Jul72,1699,4
Sep49,1479,2
Okt69,1695,3

Penjualan Mobil Domestik*

20092010
Jan31.652.8
Mei35.860.5
Jul41.972.1
Sep37.249.1
Okt52.269.1
Des49.7-

Penjualan Motor Domestik*

Jan366.7502.9
Mei385.8655.8
Jul626.4732.1
Sep421479
Okt614695.3
Des552-

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus