Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menyusun rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) beberapa anak usahanya. "Yang mungkin pertama kami akan lihat adalah subholding hulu," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dalam diskusi virtual, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nicke menuturkan sektor hulu merupakan salah satu prioritas perseroan. Pasalnya, tren produksi di hulu minyak dan gas Indonesia cenderung menurun. Dia mencatat 60 persen anggaran investasi di Pertamina difokuskan untuk pembiayaan di sektor tersebut. Pendanaan yang diperoleh dari aksi korporasi di Bursa Efek Indonesia nantinya diharapkan dapat menambah modal perusahaan untuk berinvestasi lebih besar di sektor hulu.
Dengan membuka diri, Nicke menyatakan perusahaan juga akan lebih mudah mencari rekan bisnis. Targetnya, kerja sama tersebut dapat membantu perusahaan meningkatkan produksi di hulu. "Banyak sekali wilayah kerja atau sumur migas yang dikelola Pertamina yang mungkin kalau dikerjasamakan akan lebih optimal lagi dalam meningkatkan produksi," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perubahan menjadi perusahaan terbuka juga diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan. Perusahaan minyak dan gas negara itu menargetkan masuk jajaran 100 besar perusahaan top dunia yang diukur berdasarkan pendapatan tahunan perusahaan, Fortune Global 500. "Aspirasi Menteri BUMN ingin market capital kami mencapai US$ 100 miliar," ujar Nicke. Pada 2018, Pertamina sempat berada di urutan 175 dalam survei tersebut.
Rencana melepas saham anak usaha melalui pasar modal tercetus dari Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir. Dia menugaskan Nicke, yang kembali dipercaya memimpin Pertamina seusai rapat umum pemegang saham pada 12 Juni lalu, membawa dua subholding Pertamina melantai di bursa. "Supaya ada transparansi dan akuntabilitas," ujarnya.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menuturkan perusahaan masih membutuhkan kajian mendalam untuk menentukan subholding lainnya yang akan ditawarkan ke publik. Perusahaan harus memastikan IPO dapat memberikan manfaat bagi korporat, yaitu transparasi, akuntabilitas, dan peningkatan skala bisnis dengan cepat. "Jadi, saat ini belum dapat disampaikan secara detail," kata dia.
Pertamina saat ini memiliki lima subholding baru. Selain subholding hulu yang kini berada di bawah PT Pertamina Hulu Energi, terdapat subholding kilang dan petrokimia yang dipimpin PT Kilang Pertamina Internasional. Subholding lainnya merupakan PT Pertamina Power Indonesia, yang berfokus pada listrik serta energi baru dan terbarukan. Ada pula PT Patra Niaga, yang mengkhususkan diri pada pemasaran. Selain itu, terdapat subholding pelayanan di bawah PT Pertamina International Shipping.
Guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Mukhtasor, menilai rencana IPO anak usaha Pertamina berisiko bertentangan dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Cabang produksi yang penting dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak seperti migas harus sepenuhnya dikuasai negara. "Dari sisi operasional, masuknya swasta ke Pertamina rawan menjadi jebakan bagi ketahanan nasional di bidang ekonomi dan sosial," kata dia. Mantan anggota Dewan Energi Nasional ini khawatir kendali pemerintah bakal melemah.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, menyatakan rencana IPO dapat mendorong anak usaha Pertamina menjadi lebih sehat. Pasalnya, investor tak akan melirik perusahaan yang merugi. Namun dia menilai pemerintah perlu memitigasi risiko yang mungkin muncul, termasuk memastikan pemerintah tetap dominan.
Komaidi menyatakan perlu pertimbangan cermat untuk memilih subholding yang akan dibuka ke publik agar tak bertentangan dengan hukum. "Misalnya, untuk kilang, itu kan bidang produksi yang menguasai hajat hidup masyarakat luas. Mungkin bisa dipertimbangkan supaya itu tidak dulu," ujarnya.
EKO WAHYUDI | VINDRY FLORENTIN
Pertamina Siapkan Anak Usaha Melepas Saham di Bursa
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo