Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan hingga akhir Mei 2018 menurun menjadi 6,5 persen dari bulan sebelumnya, sebesar 8,1 persen (year on year). Ekonom PT Bank Central Asia (Tbk) David Sumual mengatakan pola penurunan DPK terpantau terjadi sejak awal tahun ini, sejalan dengan kondisi likuiditas perbankan yang bergerak mengetat. Penurunan tersebut merupakan dampak dari pelemahan rupiah dalam beberapa bulan terakhir. "Karena ada banyak aliran modal asing yang keluar (capital outflow), investasi portfolio terus melemah sehingga mempengaruhi likuiditas," ujarnya kepada Tempo kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah belum bergerak positif dan justru melemah mendalam mendekati kisaran 14.500 per dolar Amerika Serikat. Rupiah tercatat melemah 5,81 persen (year to date) hingga 18 Juli lalu. "Selain pelemahan rupiah, neraca perdagangan lebih banyak defisit tahun ini dan ekspor lebih rendah dari impor. Artinya, banyak likuiditas yang keluar," kata David.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akibatnya, menurut David, pertumbuhan kredit juga tak bisa berjalan cepat karena DPK mengalami perlambatan pertumbuhan. Dia mengatakan kenaikan bunga acuan bank sentral hingga 100 basis point (bps) dalam dua bulan terakhir pun diharapkan dapat mendorong pertumbuhan DPK. "Harapannya bisa mengundang likuiditas kembali masuk sehingga akhir tahun harapannya bisa tumbuh 8-10 persen."
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, menuturkan faktor lain penyebab penurunan DPK adalah faktor musiman. "Bulan Mei banyak yang menarik uang korporasi untuk memberikan tunjangan hari raya (THR) dan banyak perusahaan bagi-bagi dividen sehingga menarik dananya dari bank," tuturnya.
Ketua Umum Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Halim Alamsyah membenarkan bahwa lembaganya mencatat penurunan jumlah rekening di atas Rp 2 miliar dalam beberapa bulan terakhir. "Simpanan individual sebenarnya tidak banyak berubah, tapi yang banyak menurun itu simpanan perusahaan dan lembaga keuangan nonbank," ujarnya. "Dugaan kami kemungkinan untuk membiayai proyek dan produksinya karena impor barang modal dan bahan baku kita tinggi sekali."
Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Iman Nugroho Soeko mengatakan BTN terus meningkatkan DPK dan menjaga likuiditas tetap longgar. Salah satunya mengoptimalkan pendanaan jangka panjang, seperti penerbitan obligasi, pinjaman bilateral, negotiable certificate of deposit, dan sekuritisasi kredit pemilikan rumah (KPR). "Sejauh ini kami masih memiliki izin untuk menerbitkan obligasi Rp 5 triliun, dan rencananya dilakukan tahun depan," ucapnya.
Adapun Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Anggoro Eko Cahyo menyatakan akan menjaga LDR di level 87 persen. "Kalau persaingan meningkat dan LDR kami meningkat, ada kemungkinan BNI akan menaikkan suku bunga simpanan," tuturnya.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penurunan pertumbuhan DPK tak akan menghambat ekspansi penyaluran kredit perbankan. Bank sentral memprediksi hingga akhir tahun pertumbuhan DPK akan berada di kisaran 9-11 persen, sedangkan pertumbuhan kredit sebesar 10-12 persen. GHOIDA RAHMAH
Likuiditas Ketat
Likuiditas perbankan terpantau mulai mengetat sebagai dampak perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan (DPK). Berikut ini kondisi rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) perbankan selama semester I 2018 dibanding pada periode sama tahun lalu.
GHOIDA RAHMAH | SUMBER: BANK INDONESIA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo