Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Perusahaan indonesia pameran di tokyo

Sejumlah perusahaan indonesia tampil dalam pameran internasional di tokyo, jepang. delegasi terbesar, namun, dianggap telat. sebab jepang sedang dilanda resesi lunak.

8 Mei 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGUSAHA Indonesia kini semakin agresif. Dalam pameran dagang internasional di Tokyo 29 April hingga 3 Mei 1993 tak kurang dari 117 perusahaan Indonesia tampil. Menurut panitia pameran, Indonesia merupakan delegasi terbesar dari 64 negara yang terjun di arena promosi ini. Dengan rombongan sebesar ini, wajar jika Ketua Badan Promosi Ekspor Nasional (BPEN) Rudy Lengkong menyewa satu dari lima aula yang tersedia. Di situ, paviliun Indonesia tampak menonjol dengan nama yang tertulis dalam huruf Kanji. Kendati bangunan seluas 6.700 m itu jika dilihat dari luar cuma berbentuk gudang, bagian dalamnya sangat modern dan mewah. Musik khas Indonesia mengalun, dan sebuah warung masakan Indonesia siap meredakan rasa lapar para pengunjung yang berkeliling dalam pameran. Sebagian besar peserta dari Indonesia adalah perusahaan berskala kecil (2070 karyawan), misalnya perusahaan garmen, kerajinan kayu, hasil pertanian (kopi, teh, jahe, dan pisang), rokok kretek, bolpoin, barang-barang dari kaca, dan perlengkapan kosmetik. Dua perusahaan besar yang berpartisipasi adalah Garuda dan Krakatau Steel. ''Saya melihat, semua peserta sama-sama berjuang keras untuk menampilkan produknya. Ikut serta secara besar-besaran tidak cukup sekadar ofensif. Saya kira, mesti ada studi sebelumnya, dan kami siap membantu,'' kata Dubes RI untuk Jepang, Poedji Koentarso, memberi semangat. Menyerbu pasar Jepang kini agaknya terlambat karena era ekonomi Jepang yang berbusa-busa (bubble economy) sudah lewat. Jepang sedang dilanda resesi lunak, dan rakyatnya enggan berbelanja. Namun, komandan delegasi Indonesia, Rudy Lengkong, berpendapat sebaliknya. ''Justru ekonomi Jepang sudah mau pulih, sehingga promosi ini tepat waktunya,'' kata Rudy. Pengunjung diperkirakan mencapai 140.000 orang. ''Saya ikut karena ingin mengetahui selera masyarakat Jepang yang sebenarnya. Kalau cuma menunggu turis Jepang datang ke toko saya di Bali, banyak saingannya, dan kami tak bisa mengetahui selera Jepang,'' ujar I Wayan Sutedja kepada Seiichi Okawa dari TEMPO. Presiden Direktur CV Bali International Design ini datang ke Tokyo untuk memamerkan sepatu, topi, dan kerajinan perak. Lain lagi Nyonya Toes Z. Soebyantara, pedagang tas kulit ular yang mengharapkan bisa mendapatkan agen di sini. ''Barang saya sudah masuk ke pasar Amerika Serikat, Perancis, dan Spanyol,'' ungkapnya dengan ringan. Tas tangan wanita yang dijajakannya berharga 3.500 yen sekitar Rp 65.000 dan laris. Soalnya, di toko-toko Jepang harganya mencapai belasan ribu yen. ''Kalau melihat betapa senangnya wanita Jepang membeli barang kami, saya yakin pasar Jepang tak akan sulit diterobos,'' kata Toes optimistis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus