Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pesan Sampah Siapa Berulah?

7 Februari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENAWARAN kredit tanpa agunan melalui pesan pendek memang sedang menjamur. Dari penelusuran Tempo, setiap pemilik telepon seluler menerima sedikitnya lima pesan pendek spam ini dalam sehari. Banyak orang, mungkin termasuk Anda, dongkol lantaran dibombardir pesan sampah itu. ”Saya saja terima sehari bisa tujuh sampai sepuluh pesan pendek itu,” ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman Hadad kepada Tempo.

Gerah akan maraknya penawaran kredit lewat SMS, Bank Indonesia membuka pos pengaduan di nomor 085888509797. Sejak pos itu diluncurkan Rabu pekan lalu, bank sentral telah menerima 8.000 pengaduan. Dari 5.000 pengaduan yang sudah diolah, 97 persen mengenai penawaran kredit tanpa agunan. Sisanya penawaran kartu kredit dan lain-lain.

Menurut Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Difi A. Johansyah, sekitar 11 persen penawaran kredit tanpa agunan menyebutkan nama banknya. Selebihnya tak menyebutkan identitas bank sama sekali. Penawaran yang menyebutkan nama bank itu sebanyak 81,5 persen berasal dari bank asing dan sisanya bank nasional. ”Bank-bank yang namanya dicantumkan itu akan kami laporkan ke direktorat pengawasan perbankan,” katanya.

Bank asing yang paling banyak tercantum, kata Difi, adalah Standard Chartered, ANZ, dan DBS. Hasil penelusuran Bank Indonesia, beberapa bank asing terindikasi menggunakan tenaga perantara dalam memasarkan produknya. Hal ini terlihat dari tenaga penjual yang sama menawarkan produk dari bank yang berbeda. ”Kami tidak yakin tenaga penjual itu pegawai organik bank,” ujarnya.

Lalu dari mana data nomor telepon seluler diperoleh? ”Siapa yang punya data jutaan kalau bukan operator seluler,” kata Solehuddin, praktisi telekomunikasi. Ada pula yang menduga telah terjadi jual-beli data. Sumber Tempo di bank yang gencar menawarkan kartu kredit menuturkan, satu nomor dihargai Rp 5.000. ”Data itu bisa dijual berkali-kali ke orang lain lagi,” ujarnya. Bank tidak mau tahu dari mana dan bagaimana mereka punya nomor telepon seluler. ”Mereka dikontrak memang karena punya data,” katanya.

Tudingan ini dibantah Kepala Pemasaran dan Komunikasi ANZ Indonesia Melati Salim. ”Kami tidak mengizinkan praktek spamming,” ujarnya. Alasannya, selain mengganggu kenyamanan masyarakat, hal itu berdampak tidak baik buat bank.

Belum ada peraturan yang melarang penawaran kredit melalui pesan pendek. ”Ini wilayah abu-abu,” ujar Difi. Namun, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005, kata dia, bank wajib transparan dalam menawarkan produknya. Nasabah harus tahu risiko setiap produk bank. Bank juga wajib meminta persetujuan tertulis dari nasabahnya jika hendak menyebarluaskan data pribadi nasabah ke pihak lain untuk tujuan komersial. Artinya, bank yang menawarkan kredit lewat pesan pendek telah melanggar aturan tersebut. ”Makanya dilaporkan ke direktorat pengawasan,” tuturnya.

Maraknya penawaran kredit lewat pesan pendek juga diduga akibat data nomor seluler di perusahaan telekomunikasi bocor ke mana-mana. Dugaan ini boleh jadi benar. Maklum saja Sempro, perusahaan penyedia SMS center dan SMS advertising, pernah beriklan di media cetak, 10 Januari lalu. Sempro mengklaim bisa menyediakan 25 juta data pelanggan seluler aktif, valid, dan legal di seluruh Indonesia. ”Untuk SMS promo,” begitu bunyi iklan itu.

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia langsung menggelar penyelidikan pesan pendek spam yang dikirimkan secara broadcast—serentak ke banyak penerima—itu. Regulator ini telah memanggil Sempro, PT Bumikharisma Lininusa, dan operator seluler. Menurut anggota Badan Regulasi, Heru Sutadi, Bumikharisma mengaku tidak memiliki data nomor seluler itu. Data pelanggan tetap ada di operator seluler. Tapi operator seluler juga memastikan tidak ada kebocoran data pelanggan.

Juru bicara operator seluler Indosat, XL, dan Telkomsel membantah telah terjadi kebocoran data pelanggan. ”Kami jaga betul data pelanggan dan tidak banyak juga yang punya akses ke situ,” ujar Manajer Humas XL Henry Wijayanto. ”Data dan nomor pelanggan rahasia, kami menjaga betul soal ini,” kata juru bicara Telkomsel, Ricardo Indra. Menurut juru bicara Indosat, Djarot Handoko, membuktikan data bukan dari operator mudah saja. Toh, tak disebutkan nama atau alamat si penerima. Jadi, ”Pesan pendek itu dikirimkan secara acak saja,” ujarnya.

Anne L. Handayani, Fery Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus