EMPAT kali sudah Perusahaan Listrik Negara (PLN) menaikkan tarif tahun ini, tapi rupanya mereka tetap saja merugi triliunan rupiah. Sebenarnya, kata Direktur Utama PLN Eddie Widhiono Suwondho dalam rapat dengan DPR, Senin pekan lalu, PLN memperoleh tambahan pendapatan Rp 11 triliun dari kenaikan tersebut. Namun, karena harga bahan bakar minyak (BBM) juga naik, separuh dari tambahan pendapatan tersebut habis untuk menambal kenaikan harga. Itu sebabnya ada pembengkakan biaya operasi hampir 30 persen.
Pada saat membuat rencana kerja untuk tahun ini, PLN hanya menetapkan biaya operasi Rp 41,6 triliun. Tapi biaya operasi hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai Rp 53,7 triliun. Kerugian bisa mencapai Rp 3,86 triliun. Padahal tahun lalu PLN sudah mampu meraih untung Rp 180 miliar setelah sejak 1998 merugi terus.
Kondisi ini menyebabkan PLN sulit membangun pembangkit baru. Sementara itu, pemerintah sudah mencanangkan akan memangkas subsidi BBM untuk tahun 2003. Subsidi hanya diberikan kepada pengguna minyak tanah untuk rumah tangga. Artinya, pengeluaran PLN untuk pembelian BBM bakal membengkak dan perusahaan listrik ini akan kembali merugi.
Situasi ini, menurut pengamat kelistrikan dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Rinaldy Dalimi, akan mempengaruhi keandalan PLN untuk menyediakan listrik yang kini kian terbatas. Menurut Rinaldy, beberapa pembangkit listrik PLN kini memerlukan pemeliharaan yang serius, di antaranya PLTU Suralaya. Ini sesuai dengan ucapan PLN bahwa krisis listrik akan terjadi mulai tahun depan. Jadi, meski Anda sudah membayar tarif listrik yang makin mahal, siap-siap saja menghadapi giliran pemadaman listrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini