Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Produksi minyak dan gas pada kuartal III 2019 mengalami sejumlah gangguan. Menurut Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Sutjipto, salah satu gangguan tersebut adalah kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau. "Di Rokan ada beberapa lapangan yang produksinya harus disetop dengan mempertimbangkan aspek keselamatan," kata dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dwi mengatakan penghentian operasi di area Chevron Indonesia berlangsung selama sekitar satu bulan. Dia memperkirakan pada November produksi dapat kembali berlangsung lantaran sudah memasuki musim hujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hambatan lain ialah kebocoran pengeboran sumur YYA-1 di Blok Offshore North West Java milik Pertamina Hulu Energi. "Seharusnya ada tambahan produksi dan lifting, tapi tidak jadi," ujar Dwi. Sumur itu diproyeksikan menambah produksi minyak sebanyak 3.000 barel minyak per hari (BOPD) dan 20 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas tahun ini.
Dwi mengatakan produksi gas juga terhambat lantaran anjloknya harga gas. Produksi di kilang liquefied natural gas (LNG) Bontang, Tangguh, dan Donggi Senoro terpaksa dikurangi untuk menghindari kerugian. "Harga gas dunia sangat rendah, sehingga gas lebih baik disimpan daripada dijual," kata dia. Namun Dwi tetap optimistis mampu memenuhi target lifting tahun ini.
Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Arief Setiawan Handoko, menyatakan penyerapan LNG terus turun hingga mencapai US$ 4 per juta metrik British thermal unit (MMBTU) pada kuartal III. Menurut dia, produksi kilang Bontang untuk ekspor mencapai 52,2 standar kargo sepanjang periode itu, turun dari kuartal sebelumnya yang mencapai 57,2 standar kargo. "Sementara itu, di kilang Tangguh turun menjadi 67,5 standar kargo."
Berdasarkan data SKK Migas, total produksi minyak hingga kuartal III mencapai 750 BOPD, sementara produksi gas bumi mencapai 1,28 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Perolehan lifting pada periode yang sama untuk minyak sebesar 745 ribu BOPD dan lifting gas 1,05 juta BOEPD. Realisasinya baru 89 persen dari target lifting migas sebesar 2 juta BOEPD yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019. Target itu terdiri atas lifting minyak 775 ribu BOPD dan 1,3 juta BOEPD.
Deputi Perencanaan SKK Migas, Jaffe Arizon Suardin, menyatakan telah menerapkan sejumlah strategi untuk mengejar target lifting. Salah satunya menguras stok minyak yang belum terangkat hingga 1 juta barel tahun ini. Sejauh ini 500 ribu stok berhasil diangkat.
Penambahan produksi juga akan mengandalkan beberapa proyek yang ditargetkan beroperasi pada akhir tahun ini. Langkah jangka panjangnya ialah optimalisasi lapangan, pemanfaatan teknologi, dan mendorong eksplorasi besar-besaran. "Tahun ini ada 10 proyek yang direncanakan onstream," kata Jaffe.
Merujuk pada rencana tersebut, ada enam proyek yang akan berproduksi. Salah satunya sumur YY milik PHE ONWJ, yang diproyeksikan menghasilkan 4.605 BOPD minyak dan 25,5 MMSCFD gas pada bulan ini. Sementara itu, pada November nanti terdapat proyek minyak dan gas Bukit Tua Fase 3 dengan Petronas Carigali Ketapang II Ltd, yang akan memproduksi 3.182 BOPD minyak dan 31 MMSCFD gas serta proyek Buntal 5 dengan Medco E&P Natuna Ltd, yang menghasilkan 45 MMSCFD gas.
Proyek lain yang diharapkan bisa menambah pasokan migas adalah Bison-Iguana-Gajah Puteri yang dikelola Premier Oil Natuna Sea B. Proyek ini ditargetkan menghasilkan 80 MMSCFD gas. Proyek gas Temelat, yang dikelola PT Medco E&P Indonesia, juga akan onstream pada November mendatang dengan total produksi 10 MMSCFD.
Pasokan minyak akan ditambah dari produksi PetroChina International Jabung Ltd dari sumur panen sebanyak 2.000 BOPD. Selain itu, proyek Kedung Keris yang dikelola oleh ExxonMobil Cepu Ltd akan memproduksi 3.800 BOPD minyak. Proyek ini ditargetkan onstream pada Desember mendatang. VINDRY FLORENTIN
Produksi Minyak dan Gas Tersendat
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo