Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Promosi Si Hebat-Cepat

Pesawat concorde berkecepatan 2000 km per jam. mengadakan penerbangan promosi ke asia. singgah di jakarta 8 nopember. as dan jepang menolak disinggahi karena terlalu bising. (eb)

20 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CONCORDE, itu pesawat penumpang supersonik yang amat bising dan berkecepatan 2 kali suara, menarik perhatian 3 banyak orang ketika mendarat di Halim Perdanakusuma Senin pagi 8 Nopember lalu. Para pejabat, ratusan penduduk Jakarta dan anak sekolah yang hari itu mungkin bolos kerja atau sekolah, tentu ingin menyaksikan sendiri pesawat penumpang hebat-cepat yang jadi makin terkenal gara-gara dilarang lewat atau mendarat di beberapa pelabuhan dunia. Maka ketika Concorde milik penerbangan Air France mendarat tepat jam 10.30 pagi itu, orang pun saling berdesakan di lantai II lapangan Halim. Tak sedikit pula yang masuk ke lapangan untuk bisa meraba pesawat yang berpotongan bagaikan burung camar itu, sembari membuat foto kenang-kenangan. Penjagaan tak begitu ketat. Ini pun bisa dimengerti: sang camar besar, hasil kerjasama Inggeris-Perancis, tengah melakukan penerbangan promosi. Meninggalkan lapangan terbang Charles De Gaulle di Paris 2 Nopember lalu pesawat dengan penumpang 100 orang itu menuju Manila via Bahrain dan Singapum dan beberapa negeri di Asia Timur sampai 11 Nopember. Selama 11 jam 50 menit -- termasuk singgah di Bahrain dan Singapura pesawat berkecepatan 2000 Km per jam itu tiba di Manila, lalu terbang ke Hongkong membawa Gubernur Manila Raya Ny. Imelda Marcos dan 25 orang pengiringnya. Hanya 3 jam di Hongkong -- di mana Imelda konon mengalami sedikit kesulitan karena paspornya ketinggalan -- pesawat itu kembali ke Manila, kemudian ke Singapura, Jakarta dan Seoul. RRT Tertarik Seluruh penerbangan keliling Asia Timur dan Tenggara yang menelan jarak 53.000 Km itu merupakan pekerjaan enteng bagi pesawat supersonik yang sanggup 'melompat' langsung dari Bahrainke Singapura (6.500 K,m), tanpa melintasi wilayah angkasa India. India sendiri merasa keberatan dilewatinya. Juga Tokyo belum bersedia didarati Concorde, dengan alasan menghindari kongesti di pelabuhan udara Haneda. Hasil terbang promosi itu ada juga, meskipun belum banyak. Sebelum bertolak dari Paris, Korean Airlines (KAL) sudah mengajukan rumus untuk menyewa pesawat itu. Dan sementara berpusing-pusing keliling Asia Timur & Tenggara, dikabarkan bahwa Singapore Airlines (SIA), dan Philippine Airlines (PAL) juga berminat menyewa pesawat itu. Sedang Japan Airlines (JAL) malah bermaksud membeli 2 pesawat Concorde. Malah ketika Imelda Marcos diterbangkan ke Hongkong, 20 wakil perusahaan China Resources milik pemerintah RRT datang mengadakan pembicaraan dengan wakil British Aircraft Corporation di Hongkong. Kabarnya RRT berminat membeli tiga pesawat itu. Dengan berbagai penawaran itu, wakil British Aircraft itu optimis bahwa rute penerbangan komersiil pesawat itu dalam semester II tahun depan sudah dapat direntangkan dari Bahrain (posnya yang terjauh di Timur, sekarang) ke Singapura. Dan dua bulan kemudian diteruskan ke Melbourne, Australia. Indonesia, belum menyatakan minatnya menyewa atau membeli Concorde sendiri. Usaha penjualan 5 pesawat di Asia Timur dan perluasan lin Bahrain itu, diharapkan dapat menolong Inggeris & Perancis menutup biaya riset dan pembuatan 16 Concordenya yang telah menelan biaya $1,2 milyar (sekitar Rp 8,5 trilyun). Soalnya, berbarengan dengan muhibah ke Asia Timur itu, pemerintah kedua negara MEE itu mengumumkan akan membatasi produksi Concorde-nya sebanyak 16 pesawat saja. Dari jumlah yang sudah direncanakan semula itu, baru sembilan yang sudah selesai dan dibeli British Airways (5) dan Air France (4). Tujuh pesawat sisanya yang belum keluar dari pabrik, semuanya sudah dipesan: tiga oleh British Airways, dua oleh Air France dan dua oleh pemerintah Iran. Tapi setelah 16 pesawat terjual atau dipesan, penjualan pesawat supersonik yang berharga $31 juta sebuah (sekitar Rp 22 milyar) itu tampak seret. Mengapa AS Ada beberapa faktor yang menyulitkan penjualan pesawat prestise Inggeris Perancis itu. Antara lain tarifnya jauh lebih mahal dari pada pesawat sub-sonik, sementara armada Jumbo Jet yang terus bertumbuh masih dapat menampung arus lalu-lintas udara antar benua. Juga ada keengganan beberapa negara menerima Concorde yang suara bisingnya (118 deciBell) jauh melewati batas pendengaran yang normal ( 100 deciBell) . Alasan ini antara lain diajukan oleh otorita Kennedy Airport, New York. Namun sebenarnya alasan anti-polusi kuping itu kurang kuat. Sebab Kennedy Airport tidak keberatan dihinggapi pesawat Jumbo sejenis Boeing 707 yang bisingnya hanya 3 deciBell di bawah Concorde. Maka timbul anggapan sikap AS itu lebih mencerminkan keenganan disaingi industri pesawat terbangnya Eropa. Di Eropa sendiri, Jerman Barat juga belum setuju didarati pesawat itu. Bagi Inggeris dan Perancis, sebenarnya rute Atlantik Utara itu lebih penting dari rute Timur Jauh. Maka ketika terbetik berita bahwa presiden terpilih AS Jimmy Carter akan menolak pembukaan rute Concorde ke New York dan Washington, Menteri Transpor Perancis Marcel Cavaille, cepat berkata: "Produksi 16 pesawat Concorde akan tetap diteruskan dengan kemungkinan untuk melayani rute Atlantik Utara". Sebab sebenarnya Concorde dirancang sejak tahun 1962, justru untuk melayani rute gemuk itu. Sementara itu, kedua perusahaan Inggeris dan Perancis itu kabarnya sudah mengadakan pendekatan dengan tiga raksasa di AS -- Boeing, Lockheed dan McDonnel Douglas -- untuk membuat pesawat SST (supersonic transporl) generasi kedua, yang daya angkutnya 2 x Concorde. Mungkin, itulah pemecahan yang paling realistis. Sebab hanya dengan memprodusir lebih banyak pesawat SST maka biaya dan pengalaman merancang Concorde bisa kembali. Setidaknya itu bisa membuat Inggeris senyum sedikit, di tengah nilai mata uangnya yang jatuh merosot.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus