Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung- Lima puluh orang awak mobil tangki pengangkut BBM Pertamina mewakili 1.059 rekannya yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari 9 Depo Pertamina menggelar aksi Longmarch Bandung-Jakarta.
“Kita mulai dari Gedung Sate, Bandung, ke Cimahi, Padalarang, Purwakata, Karawang Barat, Bekasi, lalu Jakarta. Di Jakarta tujuannya Istana,” kata koordinator aksi itu, Asep Idris, 35 tahun, pada Tempo, Jumat, 13 Oktober 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peserta aksi sengaja menggunakan seragam bekerjanya sehari-hari. Tapi seragam itu dirobek dan dibubuhi obat merah, untuk membawa kesan berdarah. Wajah peserta aksi dicoreti riasan muka coreng moreng agar penampilannya mirip Zombi, simbol perserta aksi yang mempertanyakan matinya hukum di Indonesia.
Asep mengatakan, aksi jalan kaki ini merupakan aksi ketiga awak tangki angkutan BBM Pertamina yang tergabung dalam Federasi Buruh Transportasi Indonesia. Dua aksi sebelumnya, berujung PHK masal awak tangki yang tersebar di 9 Depo Pertamina yakni di Plumpang, Merak, Ujung Berung, Padalarang, Tasikmalaya, Banyuwangi, Makasar, Tegal, serta Surabaya. “Paling banyak yang di PHK di Plumpang, 700 orang,” kata dia.
Menurut Asep, awak mobil tangki BBM Pertamina pertama kali menggelar aksi pada November 2016, kala itu hanya diikuti oleh awak tangki di Depo Plumpang, Jakarta. Aksi berupa mogok masal itu berlangsung 18 hari menuntut salah satunya agar awak mobil tangki diangkat menjadi karyawan tetap PT Pertamina Patra Niaga.
Sejak 2012, awak mobil tangki yang mayoritas direkrut PT Pertamina Patra Niaga, berubah status menjadi pegawai outsourcing. Tiap dua tahun sekali, vendor outsourcing penyedia jasa layanan itu berganti.
Asep mengatakan, aksi pertama sempat dimediasi langsung oleh Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri. Selepas tercapai kesepakatan, awak tangki kembali bekerja. Dia mengklaim, kesepakatan yang mengakhiri mogok tidak pernah dijalankan PT Pertamina Patra Niaga.
“Pihak Pertamina tidak menjalankan, di bulan Maret 2017 kita ada PHK sebanyak 350 orang dengan alasan kita gak lulus seleksi padahal sudah bekerja puluhan tahun,” kata dia.
Pemberhentian itu memantik aksi mogok massal kedua pada Juli 2017. Awak mobil tangki dari 9 Depo ikut mogok. “Buntut mogok itu kita sudah dimediasi oleh Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, dan DPR. Lagi-lagi kita melihat hukum sudah mati di Indonesia,” kata Asep.
Aksi itu berujung PHK massal hingga seluruh awak tangki yang di-PHK menjadi 1.095 orang. Asep, termasuk yang diberhentikan pasca aksi mogok masal kedua. Alasan pemecatannya karena dia tidak lolos seleksi. “Saya mendapat pemberitahuan lewat Whats-App,” kata dia.
Asep mengatakan, aksi ketiga ini sengaja dilakukan. Sasarannya menuju Istana, untuk meminta perhatian Presiden Joko Widodo. “Dengan longmarch ini, harapan kawan-kawan, Jokowi mendengar, dan bisa menyelesaikan langsung permasalahan yang ada di perusahaan-perusahaan di lingkungan BUMN,” kata dia.
Menurut Asep, ada sejumlah tuntutan yang diminta. Mulai dari mempekerjakan kembali 1.095 orang yang di-PHK, penghapusan sistem outsourcing, mengangkat awak tangki angkutan BBM menjadi karyawan PT Pertamina Patra Niaga, pemulihan jaminan kesehatan (BPJS), hingga tuntutan agar Pertamina membayar uang lembur dan uang makan sejak status awak tangki mobil berubah jadi outsourcing pada 2012 hingga saat ini yang ditaksir menembus Rp 160 miliar.
Asep mengatakan, perjalanan dari Bandung menuju Jakarta diperkirakan akan memakan waktu 11 hari 10 malam. “Kita mulai dari Gedung Sate. Perhentian pertama mungkin Alun-Alun Cimahi, kita menginap di sana,” kata dia.
Sejumlah persiapan sudah dilakukan 50 peserta aksi Longmarch Bandung-Jakarta itu. Asep mengatakan, seluruh peserta merupakan awak tangki angkutan BBM yang di-PHK Pertamina. Mereka dipilih setelah melewati tes kesehatan untuk memastikan kondisi fisiknya cukup kuat menjalani aksi itu. Petugas kesehatan juga mendampingi peserta .