Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ramai Foto Beras SPHP Ditempel Stiker Prabowo-Gibran, Bos Bulog Buka Suara

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi merespons soal beredarnya foto beras Bulog yang berstiker paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di media sosial X.

24 Januari 2024 | 18.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto beras Bulog yang berstiker pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka ramai beredar di media sosial X.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi merespons soal beredarnya foto beras Bulog yang berstiker paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di media sosial X. Beras 10 kilogram itu berasal dari cadangan beras pemerintah (CBP) untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Pangan atau SPHP.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bayu memastikan stiker tersebut bukan ditempel oleh Bulog. "Dari Bulog tidak ada atribut politik apa pun," ujarnya kepada Tempo, Rabu, 24 Januari 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lebih jauh, Bulog mengatakan beras SPHP memang mudah didapatkan karena Bulog bekerja sama dengan berbagai jaringan distributor. Bulog juga bekerja sama dengan retail modern agar masyarakat gampang untuk mengakses beras tersebut. Dengan begitu, program stabilisasi harga beras dapat terlaksana secara masif dalam rangka menjaga stabilitas harga beras.

Namun dengan demikian, menuru Bayu, Bulog tidak dapat mengatur apa yang dilakukan pembeli beras milik negara ini. Termasuk menempelkan stiker calon presiden dan calon wakil presiden untuk kampanye.

Ia pun enggan menanggapi soal siapa yang membeli beras SPHP untuk kampanye Prabowo-Gibran tersebut. "Beras SPHP tersedia di mana-mana, di pasar-pasar, di minimarket. Siapa saja sangat mudah mendapatkan beras SPHP," kata Bayu. 

Adapun kritik soal dugaan politisasi bansos semakin mencuat ketika Presiden Joko Widodo alias Jokowi semakin aktif ikut membagikan bantuan pangan beras ke sejumlah wilayah. Baru-baru ini, Jokowi memberikan bantuan pangan cadangan beras pemerintah (CBP) kepada 1.000 warga di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Jokowi pun terlihat berpose salah dua jari saat iring-iringan di Jawa Tengah. 

Jokowi juga telah terang-terangan mengklaim bahwa presiden boleh memihak kepada salah satu paslon dan berkampanye. Dia berdalih, yang paling penting tidak ada penyalahgunaan fasilitas negara.

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono berujar kejadian tersebut menunjukkan bahwa politisasi bansos telah dipertontonkan dengan sangat vulgar oleh penguasa. 

"Bahkan Pak Presiden secara berlebihan terlibat dalam teknis seremonial pendistribusian bansos," ucapnya saat dihubungi Tempo, Rabu, 24 Januari 2024. 

Menurut Yusuf, pemerintah semestinya berfokus pada pemberdayaan ekonomi rakyat seperti UMKM dan penciptaan lapangan pekerjaan yang berkualitas secara luas, bukan terus memperbesar dan memperluas bansos. Sehingga, pembagian bansos dapat semakin kecil cakupannya seiring perbaikan kesejahteraan masyarakat.

"Kondisi ini justru lebih menandakan besarnya motif politisasi bansos untuk mendapatkan keuntungan elektoral sekaligus menandakan lemahnya upaya pemberdayaan ekonomi rakyat dan penciptaan lapangan kerja," tutur Yusuf. 

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus