Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menunjuk Antam Novambar sebagai Pelaksana tugas Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP. Antam tak lain adalah polisi aktif berpangkat Inspektur Jenderal yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Polri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pergantian ini adalah hal normal dalam organisasi, sebagai bentuk penyegaran," tutur Edhy, Rabu, 26 Februari 2020. Antam Novambar menggantikan posisi Sekjen KKP sebelumnya, Nilato Perbowo, yang diangkat menjadi Direktur Jenderal Penguatan Daya Produk Kelautan dan Perikanan. Kendati demikian, Antam Novambar masih tetap menjabat sebagai Wakabareskrim Polri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu siapakah Antam dan bagaimana rekam jejaknya?
Antam menjabat sebagai Wakabareskrim pada Juni 2016. Sebelumnya, Antam menduduki posisi Direktur Tindak Pidana Narkoba. Dia mendapatkan promosi bersamaan dengan Komisaris Jenderal Ari Dono yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Kepala Bareskrim.
Antam juga pernah menjabat sebagai Direktur Kriminal Umum Polda Bali, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Kepala Biro Korwas PPNS Badan Reserse Kriminal Polri pada 2015.
Selama berkarir, Antam terdengar pernah mengintimidasi seseorang. Dalam laporan Majalah Tempo edisi 16-22 Februari 2015, disebutkan seorang perwira tinggi antiteror diduga mengintimidasi Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dugaan intimidasi berlangsung di restoran cepat saji McDonald’s di Larangan, Ciledug, Banten, pada Ahad malam, 8 Februari 2015. Di satu sisi duduk Brigadir Jenderal Antam Novambar, yang saat itu menjabat Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
Ia datang bersama Komisaris Besar Agung Setia, Kepala Subdirektorat Pencucian Uang Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia. Di sisi lain, hadir Komisaris Besar Endang Tarsa, Direktur Penyidikan KPK.
Endang bertahan meski menerima ancaman. Antam lalu bertanya kepada seorang anggotanya tentang seorang anak muda yang berdiri di luar mengawasi percakapan mereka. Endang menjelaskan bahwa laki-laki itu anaknya, yang bekerja di Kepolisian Daerah Metro Jaya dan berpangkat brigadir kepala. Namanya Rahmat Gunawan. Ia datang menemani ayahnya.
Antam meminta Rahmat masuk. Antam bertanya tentang tugasnya di Kepolisian. Rahmat menjawab bahwa ia sedang ikut tes Sekolah Instruktur Polisi di Sekolah Calon Perwira di Sukabumi, Jawa Barat. Antam menyatakan akan membantu meluluskan Rahmat jika Endang menuruti permintaan bersaksi meringankan Budi Gunawan di sidang praperadilan.
Antam menyangkal cerita intimidasi di restoran cepat saji itu. Menurut dia, anggota Brigade Mobil yang ia bawa justru disiapkan untuk mengawal Endang. “Saya katakan kepada mereka, ‘Kalian kawal, ya. Jangan sampai lepas, jangan sampai diambil orang lain, karena dia mau bersaksi untuk kita’.”
Ia juga membantah mengancam membunuh Endang. Menurut dia, dua kali pertemuan berjalan santai dan akrab. “Tak ada teror-teror. Kami malah bersalaman dan berpelukan,” kata Antam.
Lalu terakhir, Antam tercatat menjadi satu dari sembilan nama yang akan diajukan kepada Panitia Seleksi calon pimpinan KPK periode 2019-2023 yang akan diajukan oleh Mabes Polri. Namun, Ia tidak berlanjut menjadi pimpinan KPK periode tersebut.