Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Resesi Mendekat, Simak 4 Langkah Utama Sebelum Menentukan Jenis Investasi Ideal

Masyarakat disarankan tetap melakukan investasi saham di masa resesi, agar bisa mendapat keuntungan ketika perekonomian kembali pulih.

28 September 2020 | 13.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi investasi. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Proyeksi resesi yang disampaikan pemerintah bakal terjadi dalam waktu dekat ini tak sedikit membuat masyarakat khawatir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kekhawatiran ini salah satunya muncul terkait cukup tidaknya dana darurat yang dimiliki selama pandemi. Selain itu, bagaimana idealnya investasi dilakukan di masa yang penuh ketidakpastian ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebutkan, di tengah situasi saat ini investor pada dasarnya tak memiliki banyak pilihan karena ketidakpastian sangat tinggi. Meski begitu, instrumen investasi yang cenderung minim risiko tetap menarik.

Salah satunya, kata Wawan, adalah surat utang yang dikeluarkan oleh pemerintah karena dapat dikatakan tidak ada risiko. Selama ini, Pemerintah Indonesia belum pernah gagal membayar utang-utang yang diterbitkannya.

“Makanya itu SR013 yang lagi ditawarkan animonya tinggi, karena ya nggak ada pilihan lagi. Sesuatu yang memberikan imbal hasil lebih pasti tapi aman, ya obligasi pemerintah,” kata Wawan baru-baru ini.

Wawan juga mengingatkan agar investor tetap melakukan alokasi aset. Sebab, bila tak dilakukan penempatan saham sama sekali di masa pandemi, masyarakat tak akan dapat menikmati kenaikan pasar saham saat ekonomi pulih.

Hal senada disampaikan oleh Executive Vice President Head of Wealth Management & Premier Banking Commonwealth Bank Ivan Jaya. Ia menyebutkan diversifikasi produk investasi perlu dilakukan untuk menekan risiko loss yang lebih besar ketimbang hanya mengandalkan satu jenis produk investasi. 

“Diversifikasi secara geografis juga dapat menjadi pilihan menarik. Alokasi investasi ke luar Indonesia dapat dilakukan melalui reksa dana saham offshore sharia ke negara maju seperti Amerika Serikat, Cina, dan negara-negara Asia Pasifik lainnya,” kata Ivan.

Penempatan dana pada instrumen di pasar keuangan seperti saham, surat utang, maupun deposito dinilai masih layak dilakukan saat ekonomi dilanda resesi. Berikut disarikan sejumlah langkah investasi pada masa resesi dari pendapat sejumlah analis:

1. Tentukan Profil Risiko

 

Sebelum berinvestasi, masyarakat harus menentukan terlebih dahulu profil risiko. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam memilih jenis instrumen investasi yang sesuai. Umumnya terdapat tiga jenis profil risiko investor di pasar modal yaitu konservatif, moderat, dan agresif.

Investor konservatif merupakan yang paling rendah toleransinya terhadap volatilitas pasar. Biasanya, investor jenis ini disarankan masuk lebih banyak ke aset aman seperti di pasar uang dan deposito. Instrumen surat utang juga dapat dipilih seperti obligasi negara dan obligasi korporasi dengan peringkat terbaik.

Adapun investor moderat memiliki toleransi risiko yang lebih berani dibandingkan investor moderat namun tidak seberani investor agresif. Di sini, investor dapat melakukan alokasi aset dengan porsi lebih banyak ke aset aman dan masuk sedikit di aset saham.

Sementara investor agresif memiliki toleransi risiko yang lebih tinggi terhadap fluktuasi harga di pasar. Investor yang masuk dalam kelas ini kebanyakan adalah investor kelas kakap dengan pengalaman investasi yang jauh lebih lama dibandingkan jenis investor lainnya.

2. Jangka Waktu dan Tujuan Investasi

Setelah mengetahui profil risiko, masyarakat bisa masuk ke tahap kedua. Sebenarnya, tahap kedua yaitu menentukan jangka waktu dan tujuan investasi ini dapat dilakukan bersamaan dengan menentukan profil risiko.

Sebelum mengambil keputusan beli, sebaiknya masyarakat mengetahui seberapa lama investasi akan dilakukan dan dana tersebut akan digunakan untuk apa saja. Hal ini sangat berbeda antara satu orang dan lainnya mengingat kebutuhan setiap manusia berbeda-beda.

Apakah menyiapkan dana untuk menyekolahkan anak dalam waktu 3 tahun atau 5 tahun lagi atau untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dalam waktu 8 tahun lagi, tentu beragam dari orang ke orang.

3. Pilih Jenis Instrumen Investasi

Memilih instrumen reksa dana bisa jadi sangat pelik kalau investor tidak mengetahui profil risiko, jangka waktu, dan tujuan investasi. Investor jenis konservatif disarankan untuk lebih banyak mengambil aset aman di pasar uang dan deposito. 

Apabila ingin mengakumulasikan saham, investor konservatif dapat memilih saham-saham blue chip yang memiliki tingkat volatiltas harga yang terbilang rendah.

Investor moderat bisa melakukan diversifikasi aset antara aset aman dan aset berisiko. Namun, aset berisiko seperti saham tetap dianjurkan dari saham-saham blue chip. Apabila investor kesulitan melakukan diversifikasi di sini, pilihan produk reksa dana campuran bisa diambil.

Selanjutnya, investor agresif dapat menyusun portofolionya dari berbagai jenis instrumen berisiko dengan melakukan sejumlah pengukuran.

4. Diversifikasi Portofolio 

Diversifikasi portofolio dilakukan investor saham untuk menjaga volatilitas tetap rendah dalam berinvestasi. Tak hanya itu, diversifikasi portofolio dapat mengkompensasi ketika kelas aset yang satu sedang melemah tetapi kelas aset lainnya menguat.

Seperti saat ini, harga-harga saham berjatuhan akibat sentimen resesi. Sedangkan aset pendapatan tetap menguat ditopang oleh pemangkasan suku bunga oleh bank sentral.

Untuk kondisi resesi akibat pandemi ini, Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyarankan masyarakat berpegang pada skema investasi 5-3-2, yaitu penempatan 50 persen pada instrumen berbasis pendapatan tetap, 30 persen pada instrumen pasar uang, dan 20 persen pada saham.

Porsi yang lebih banyak di instrumen pendapatan tetap khususnya obligasi pemerintah disebut Wawan menjadi pilihan yang paling tepat pada masa resesi. “Ini menurut saya secara risiko lebih prudence kalau masuk ke obligasi,” kata Wawan.

Sedangkan untuk pilihan ekuitas, saham sektor perbankan dinilai menjadi salah satu yang paling menarik untuk dikoleksi di tengah volatilitas pasar, terutama ketika pasar saham mengalami koreksi.

BISNIS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus