RENCANA PT Timah Tbk. membeli saham per-usahaan tambang batu bara PT Arutmin Indonesia di Kalimantan Selatan dinilai terlalu berisiko. Saham yang akan dilepas itu adalah milik BHP Biliton sebanyak 31 persen yang harus didivestasikan berdasarkan kontrak yang ada. BHP sudah berniat melepaskan seluruh sahamnya yang 80 persen di Arutmin yang diperkirakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bernilai US$ 252 juta. Namun, Bakrie Brothers sebagai pemegang 20 persen saham mengaku belum berminat, sehingga saham itu dilepas kepada pengusaha lain, lokal atau nasional.
"Kepedulian saya adalah divestasi yang harus di-lakukan. Soal harganya kita bicarakan nanti," kata Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Wimpie S. Tjetjep, kepada TEMPO. Cuma, beberapa analis menganggap cadangan batu bara Arutmin mulai menipis dan menyebar sehingga menaikkan ongkos produksinya. Apalagi lokasi tambang itu hingga saat ini dipenuhi penambang liar dan penambang rakyat sehingga cadangannya kian menipis. Pada Juli lalu, misalnya, Arutmin kehilangan 10 ribu ton produksinya per hari karena blokade masyarakat, dengan kerugian ditaksir US$ 1 juta. Bahkan, dari 6.000 hektare konsesinya, 2.000 hektare di antaranya dikuasai penambang liar. Karena itu, sumber TEMPO tidak mengerti kenapa Timah memilih Arutmin, bukan misalnya menawar kembali saham Kaltim Prima Coal, yang jelas lebih menguntungkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini