SAHAM pabrik kabel Sucaco laris bagaikan kacang goreng. Saham itu sudah dijual sejak dua pekan lalu, Rp 620.000 per 100 lembar, atau satu lot. Jumat lalu, pesanan yang disetor agen dan pialangnya kepada PT Danareksa penjamin utama penjualan saham Sucaco itu -- dikabarkan mencapai 400% dari jumlah yang dipasarkan. Semula Dirut Danareksa R. Subagyo kurang yakin masyarakat Indonesia mampu mengambil 30% dari 5,8 juta lembar saham yang berharga hampir Rp 36 milyar itu. Pemesan terbanyak awalnya diduga lembaga-lembaga keuangan luar negeri. Sedang lembaga keuangan dan yayasan dana pensiun -- yang diharapkan memborong surat-surat berharga di bursa -- konon tidak turun, mengingat pesanan mereka tentu tak akan dipenuhi 100%. Sebab, pemesan kecil yang akan diutamakan. Ternyata, individu-individu seperti ibu rumah tangga, wartawan, juga anggota Kowad (Korps Wanita Angkatan Darat) berdatangan ke gedung bursa, lalu menyetor Rp 1,2 juta hingga Rp 3,1 juta untuk mendapatkan 2-5 lot. Mereka mencoba berspekulasi membeli 1 atau 2 lot, dan nanti bisa dijual lagi lebih mahal. Saham bernilai Rp 1.000 yang dijual Rp 6.200 per lembar itu cukup tinggi dijangkau oleh para penabung kecil. Sedang harga riilnya di pasar modal masih di atas Rp 7.000. Apalagi prospek yang ditawarkan Sucaco itu cukup bagus. "Tujuan kami menjual saham ini terutama untuk mengukuhkan posisi di bidang industri kabel dan memperkuat posisi keuangan perusahaan," kata Andi Salim. Di perusahaan itu, cucu Haji Agus Salim ini menjabat wakil presdir. Dengan emisi kedua ini, para pendiri Sucaco masih menguasai 53,8% andil perusahaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini