Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Oceanic Air Flight jurusan Sydney ke Los Angeles jatuh di sebuah pulau tak bernama di Lautan Pasifik. Belasan penumpang selamat. Keberadaan pesawat jatuh itu sulit terlacak karena jalur penerbangannya menyimpang jauh dari yang seharusnya. Tak ada alat komunikasi. Dan keindahan pemandangan pulau tropis dengan pasir putihnya tak mampu mengobati kepanikan, ketakutan, dan kegalauan para penumpang.
Begitulah kerangka besar serial televisi Lost produksi Touchstone Studio, yang pertama kali ditayangkan di stasiun televisi ABC pada 2002 dan kini dapat dinikmati di stasiun televisi Indosiar. Serial 24 episode yang memenangi beberapa Emmy Award ini sangat menarik diikuti, meskipun pada masa awalnya banyak dicibir orang. Bahkan J.J. Abrams dan Damon Lindelof, penulis skenario sekaligus produser Lost, sempat khawatir karena telah mempertaruhkan US$ 15 juta (lebih dari Rp 150 miliar) untuk film yang dibuat di salah satu kepulauan Hawaii ini. Maklum, kesan pertama yang timbul dari serial ini tidak lebih adalah film misteri yang dibalut keindahan panorama tropis. Itu digambarkan dengan suara-suara aneh dari hutan dan makhluk misterius yang memakan pilot pesawat pada episode pertama.
Tapi, kemudian jalinan cerita makin menarik. Para penumpang yang selamat—disebutkan sekitar 48 orang, meskipun yang tampak hanya belasan orang—berasal dari berbagai etnis. Ada Sayid (Naveen Andrews) laki-laki Irak bekas anggota Garda Republik, Jin (Daniel Dae Kim) lelaki Korea tak bisa berbahasa Inggris yang tampak otoriter terhadap istrinya Sun (Yunjin Kim), dan Michael (Harold Parrienau) duda kulit hitam beranak satu. Ditambah lagi adanya latar belakang berbeda—yang misterius—dari para penumpang. Ada tersangka pelaku kejahatan Kate (Evangeline Lilly), Locke (Terry O’Quinn) lelaki lumpuh yang mendadak bisa berjalan setelah kecelakaan pesawat, serta pengusaha tampan namun licik Sawyer (Josh Holloway). Bahkan Jack (Matthew Fox), dokter ahli bedah tampan yang selalu menjadi penolong para penumpang, juga memiliki lembaran kelam di masa lalunya.
Kompleksitas masalah makin terbangun seiring berjalannya waktu selama mereka terdampar di pulau tersebut. Mereka harus berusaha saling menyesuaikan diri, sekaligus menghadapi misteri. Ada Jin yang selalu mencurigai Michael sebagai penggoda Sun. Sawyer yang egois dan pantas dijadikan ”musuh bersama”. Claire (Emilie de Ravin) yang hamil tua dan kemudian sempat diculik ”makhluk” tapi dia tidak mengingat apa pun soal itu. Sayid bertemu dengan seorang perempuan Prancis yang sudah terdampar di pulau tersebut selama enam tahun dan mengaku anaknya diambil ”the others”, yang jahat. Juga Locke, yang sejak awal percaya bahwa kehadiran mereka di pulau terpencil tersebut terkait dengan suratan nasib, menemukan sebuah bunker yang hingga akhir sesi pertama Lost tetap menjadi misteri.
Cerita penumpang pesawat yang selamat dan mencoba bertahan hidup di pulau tanpa ada kepastian kapan diselamatkan, misteri yang tumbuh dijalin dengan kilasan-kilasan cerita masa lalu tiap tokoh, membuat Lost menjadi tontonan pemicu rasa penasaran. Apalagi gambaran tentang latar belakang beberapa tokoh tetap menjadi enigma dalam sesi ini. Tabir Jack, Sun, Claire, dan Locke, misalnya, belum tersingkap.
Sensasi misteri dalam Lost bisa dikatakan mirip The X-Files. Sedangkan penyingkapan latar belakang tiap tokoh seperti memasang kepingan-kepingan puzzle, yang keseluruhan gambarannya baru bisa dilihat ketika teka-teki pulau tersebut terjawab. Sayangnya, tanda tanya yang bertebaran belum terungkap hingga sesi satu berakhir. Tapi pembuatnya berjanji memberikan semua jawaban di akhir sesi kedua, yang entah kapan diputar di sini. Kita tunggu saja….
Utami Widowati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo