TAK perlu menjadi seorang jutawan benar supaya bisa membeli
mobil. Sekarang ini boleh dikatakan semua merk dan jenis bisa
dibeli dengan mencicil. Ini sebagai akibat dari jatuhnya pasaran
mobil sejak setengah tahun yang lalu. "Daya serap pasar
benar-benar menurun. Para pedagang bersaing dalam memberi umpan
untuk memancing konsumen," kata Edie Santoso, direktur pemasaran
PT Multi-France Motor begitu pulang dari peninjauannya ke Jawa
Tengah akhir Juli yang lalu.
Persaingan itu juga merambat jauh sampai ke Medan. Di sini mobil
Prancis Peugeot dan Renault serta Daihatsu yang diageni
Multi-France mendapat saingan ketat dari lawan-lawannya. "Jeep
Daihatsu Taft yang semula laris itu kini terguling dengan
munculnya Jeep CJ-7 buatan Amerika," ungkap Sutiono Sanusi dari
PT Capella Motor di Medan yang memasarkan mobil Prancis dan
Jepang itu.
Ketika baru muncul, menurut Sutiono, Daihatsu Taft sempat
merajai pasaran. Tapi kemudian keok disaingi Jeep jenis lain.
"Dan kini baru bisa laku setelah dijual dengan sistem cicilan,"
sambungnya pula. Sebelumnya sudah dicoba dengan memberikan
hadiah berupa kamera. Tapi ternyata tak banyak menolong.
Mobil-mobil yang amat digemari, seperti sedan Mitsubishi,
Toyota, Daihatsu dan Honda yang pasarannya dulu kuat dan menguasai
85% dari pasaran mobil, sedan yang berjumlah 20.000
itu bisa diperoleh dengan membeli cicil. Yang belum terjun ke
dalam persaingan ini tinggal Mercedes. Kecuali untuk jenis truk
yang memang sudah sejak lama dikreditkan.
Honda Accord keluaran 1981, mobil yang lagi ngetop sekarang,
tidak bisa bertahan pada harga semula Rp 15.750. 000 (siap
pakai). Dikorting Rp 200.000, pasaran tetap tidak hangat.
Sekarang malahan bisa dicicil dengan bunga 20% per tahun.
Syaratnya membayar separuh dari harga. "Pasaran dengan sistem
cicilan ini cukup ramai. Setiap hari ada saja yang laku," kata
Hermanto dari Union Jaya, sub-dealer Toyota di Jalan Sawah
Besar, Jakarta. Di sini bisa juga dibeli Corolla DX dengan
mencicil.
Potong Gaji
Buat Multi-France nampaknya pukulan yang cukup berat adalah pada
mobil Daihatsu yang diageninya. Sedang untuk mobil Prancis
nampaknya dia malahan masih cukup kuat untuk bertahan.
Sejak pasaran Peugeot 504 yang menurun tahun 1979 dan gagalnya
tipe 604 masuk pasaran tahun itu juga, sekarang perusahaan
tersebut mulai bernapas dengan masuknya banyak pesanan untuk
tipe baru 505. Harganya Rp 16 juta "Pesanan yang masuk: sekarang
baru bisa menerima mobilnya bulan Desember mendatang," ujar San
Gunawan, dari PT Astra International Inc. Ini mengingatkan
orang pada masa jaya-jayanya bisnis mobil tempo hari. Inden
sekarang, mobil baru bisa diterima setengah tahun mendatang.
Siapa yang mau memperoleh dengan segera harus berani membeli
lebih tinggi di tingkat pengecer. Beberapa pengamat berpendapat
angin baru buat Peugeot 505 ini disebabkan promosi penjualan
Astra yang berhasil.
Tentang sistem cicilan sendiri, menurut Bambang Sediono, manajer
PT Permorin Mitsubishi Sales, merupakan indikasi begitu buruknya
daya beli. "Sistem ini kami tempuh hanya karena terpaksa,
setelah gagalnya sistem pemberian potongan maupun pemberian
berbagai hadiah," katanya.
Mereka yang mengambil kesempatan dalam sistem mencicil ini
sebagian ternyata bukanlah yang berhasrat betul untuk memiliki
mobil. "Sebetulnya saya tak berminat membeli mobil kredit itu.
Buat apa, saya sudah punya mobil. Mobil dinas juga ada. Tapi
kalau tak diambil sayang," cerita dr. Siahaan dari Medan.
Cicilan mobil itu diperoleh dokter tadi dengan jaminan dari Bank
Pembangunan Daerah Sum-Ut. Setelah menyerahkan uang muka Rp 600
ribu, tiap bulan gajinya dipotong Rp 105 000 untuk cicilan.
Setelah setahun Daihatsu jenis mini bis selesai dia angsur.
Mengendurnya pasaran mobil sekarang ini, sebagaimana dikatakan
Edie Santoso dari Multi-France Motor dan kalangan bisnis
permobilan, sebagian disebabkan oleh jatuhnya ekspor komoditi
nonminyak. Ini ada benarnya, karena terpukulnya ekspor nonminyak
berarti terpukulnya penghasilan banyak pihak, seperti para
petani, pedagang perantara sampai para eksportir.
Maka ketika pemerintah mendevaluasikan rupiah, yang lebih
dikenal dengan Kenop 15 November 1978, tak lama setelah itu
ekspor nonminyak memang mulai membaik. Sebabnya, selain Kenop
itu, juga karena pasaran internasional memang lagi membaik. Maka
dengan sendirinya para pengusaha mobil yang lagi sempoyongan
dihajar Kenop serasa diguyur air. Jumlah penjualan mobil yang
selama 1978 berhenti pada angka 100.000 buah, mulai bergerak
pelan tahun berikutnya. Dan kemudian melonjak pada 1980 mencapai
jumlah 170. 000 buah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini