Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ramai-Ramai Jual Cicil

Merosotnya pasaran mobil mulai dari Mitsubishi, Toyota, Daihatsu dan Honda mengakibatkan pedagang mencicilkan penjualannya. Pasaran mobil Peugeot dari Prancis sedang dapat angin.

15 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK perlu menjadi seorang jutawan benar supaya bisa membeli mobil. Sekarang ini boleh dikatakan semua merk dan jenis bisa dibeli dengan mencicil. Ini sebagai akibat dari jatuhnya pasaran mobil sejak setengah tahun yang lalu. "Daya serap pasar benar-benar menurun. Para pedagang bersaing dalam memberi umpan untuk memancing konsumen," kata Edie Santoso, direktur pemasaran PT Multi-France Motor begitu pulang dari peninjauannya ke Jawa Tengah akhir Juli yang lalu. Persaingan itu juga merambat jauh sampai ke Medan. Di sini mobil Prancis Peugeot dan Renault serta Daihatsu yang diageni Multi-France mendapat saingan ketat dari lawan-lawannya. "Jeep Daihatsu Taft yang semula laris itu kini terguling dengan munculnya Jeep CJ-7 buatan Amerika," ungkap Sutiono Sanusi dari PT Capella Motor di Medan yang memasarkan mobil Prancis dan Jepang itu. Ketika baru muncul, menurut Sutiono, Daihatsu Taft sempat merajai pasaran. Tapi kemudian keok disaingi Jeep jenis lain. "Dan kini baru bisa laku setelah dijual dengan sistem cicilan," sambungnya pula. Sebelumnya sudah dicoba dengan memberikan hadiah berupa kamera. Tapi ternyata tak banyak menolong. Mobil-mobil yang amat digemari, seperti sedan Mitsubishi, Toyota, Daihatsu dan Honda yang pasarannya dulu kuat dan menguasai 85% dari pasaran mobil, sedan yang berjumlah 20.000 itu bisa diperoleh dengan membeli cicil. Yang belum terjun ke dalam persaingan ini tinggal Mercedes. Kecuali untuk jenis truk yang memang sudah sejak lama dikreditkan. Honda Accord keluaran 1981, mobil yang lagi ngetop sekarang, tidak bisa bertahan pada harga semula Rp 15.750. 000 (siap pakai). Dikorting Rp 200.000, pasaran tetap tidak hangat. Sekarang malahan bisa dicicil dengan bunga 20% per tahun. Syaratnya membayar separuh dari harga. "Pasaran dengan sistem cicilan ini cukup ramai. Setiap hari ada saja yang laku," kata Hermanto dari Union Jaya, sub-dealer Toyota di Jalan Sawah Besar, Jakarta. Di sini bisa juga dibeli Corolla DX dengan mencicil. Potong Gaji Buat Multi-France nampaknya pukulan yang cukup berat adalah pada mobil Daihatsu yang diageninya. Sedang untuk mobil Prancis nampaknya dia malahan masih cukup kuat untuk bertahan. Sejak pasaran Peugeot 504 yang menurun tahun 1979 dan gagalnya tipe 604 masuk pasaran tahun itu juga, sekarang perusahaan tersebut mulai bernapas dengan masuknya banyak pesanan untuk tipe baru 505. Harganya Rp 16 juta "Pesanan yang masuk: sekarang baru bisa menerima mobilnya bulan Desember mendatang," ujar San Gunawan, dari PT Astra International Inc. Ini mengingatkan orang pada masa jaya-jayanya bisnis mobil tempo hari. Inden sekarang, mobil baru bisa diterima setengah tahun mendatang. Siapa yang mau memperoleh dengan segera harus berani membeli lebih tinggi di tingkat pengecer. Beberapa pengamat berpendapat angin baru buat Peugeot 505 ini disebabkan promosi penjualan Astra yang berhasil. Tentang sistem cicilan sendiri, menurut Bambang Sediono, manajer PT Permorin Mitsubishi Sales, merupakan indikasi begitu buruknya daya beli. "Sistem ini kami tempuh hanya karena terpaksa, setelah gagalnya sistem pemberian potongan maupun pemberian berbagai hadiah," katanya. Mereka yang mengambil kesempatan dalam sistem mencicil ini sebagian ternyata bukanlah yang berhasrat betul untuk memiliki mobil. "Sebetulnya saya tak berminat membeli mobil kredit itu. Buat apa, saya sudah punya mobil. Mobil dinas juga ada. Tapi kalau tak diambil sayang," cerita dr. Siahaan dari Medan. Cicilan mobil itu diperoleh dokter tadi dengan jaminan dari Bank Pembangunan Daerah Sum-Ut. Setelah menyerahkan uang muka Rp 600 ribu, tiap bulan gajinya dipotong Rp 105 000 untuk cicilan. Setelah setahun Daihatsu jenis mini bis selesai dia angsur. Mengendurnya pasaran mobil sekarang ini, sebagaimana dikatakan Edie Santoso dari Multi-France Motor dan kalangan bisnis permobilan, sebagian disebabkan oleh jatuhnya ekspor komoditi nonminyak. Ini ada benarnya, karena terpukulnya ekspor nonminyak berarti terpukulnya penghasilan banyak pihak, seperti para petani, pedagang perantara sampai para eksportir. Maka ketika pemerintah mendevaluasikan rupiah, yang lebih dikenal dengan Kenop 15 November 1978, tak lama setelah itu ekspor nonminyak memang mulai membaik. Sebabnya, selain Kenop itu, juga karena pasaran internasional memang lagi membaik. Maka dengan sendirinya para pengusaha mobil yang lagi sempoyongan dihajar Kenop serasa diguyur air. Jumlah penjualan mobil yang selama 1978 berhenti pada angka 100.000 buah, mulai bergerak pelan tahun berikutnya. Dan kemudian melonjak pada 1980 mencapai jumlah 170. 000 buah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus