Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Seberapa efisien kilang musi?

Pertamina memodernisasi pabrik kilang musi II di palembang. proyek ini mendapat dana dari konsorsium bank jepang. kapasitas pengolahan ditingkatkan sehingga biaya produksi rendah

29 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUK meningkatkan efisiensi, Pertamina membutuhkan biaya cukup besar. Contohnya, modernisasi pabrik kilang Musi II di Palembang, yang diresmikan Presiden Soeharto awal pekan lalu. Proyek ini menghabiskan dana US$ 235,7 juta atau hampir Rp 500 miliar. Biaya yang sebagian besar utang dari sebuah konsorsium bank Jepang (Far East Investment Co. Ltd.) ini akan dibayar dengan produk LSWR (low sulphure waxy residue) dari kilang ini selama 10 tahun. Tentu saja dari investasi ini Pertamina boleh mengharapkan laba besar. Menurut Direktur Pengolahan Pertamina, G. Attihuta, BUMN ini telah berhasil meningkatkan kapasitas produksi dari tiga jenis produk. Pertama, kapasitas produksi fluid catalytic cracking unit (FCCU), atau bahan baku minyak solar, dari 14,5 juta naik menjadi 20,5 juta barel standar per hari. Kedua, kapasitas produksi bahan baku avtur meningkat dari 14.520 TPA (telephatic pure acid) menjadi 39.600 TPA. Yang ketiga adalah kapasitas produksi polypropylene (bahan baku plastik) naik dari 6.000 ton menjadi 45.000 ton per tahun. Proyek ini juga meningkatkan kapasitas bahan bakar gas (LPG) dari 54.450 ton menjadi 91.400 ton per tahun. Meningkatnya kapasitas pengolahan, "Secara keseluruhan akan menurunkan biaya produksi per barel yang diolah," ujar Attihuta kepada Kukuh Karsadi dari TEMPO. Di tambahkannya, proyek ini juga memberikan nilai tambah dalam penghasilan migas dan polypropylene. Namun, seberapa efisiennya proyek ini ketimbang proyek pengilangan di negara tetangga, sulit dibandingkan. Alasannya, kilang Petronas (di Malaysia), dan yang di Singapura, tak memiliki FCCU. "Tapi secara umum dapat dikatakan, biaya operasi kilang Pertamina cukup kompetitif ketimbang kilang luar negeri," ujar Attihuta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus