SEBUAH kapal bermuatan truk jadi, pekan depan, kembali akan melego ~jangkar di Pelabuhan Tanjungpriok. Inilah kapal kedua -- setelah kapal pertama yang datang dua pekan lalu - yang mengangkut 46 unit truk pesanan PT Krama Yudha dari Mitsubishi, Jepang. Setelah itu, hingga pertengahan Desember nanti, berturut-turut akan merapat empat kapal lainnya yang bermuatan serupa. Total, hingga akhir tahun ini, ada 1.152 unit truk built up yang diimpor Krama Yudha. Bukan hanya perusahaan milik Syarnubi Said yang melakukan langkah seperti ini. Enam pemegang lisensi untuk merek lainnya, yakni Hino, Mercedes, Isuzu, Nissan, Toyota, Renault, dan Mazda, dalam waktu yang tidak jauh berbeda juga akan mulai memasukkan truk impor yang menjadi kuota mereka. PT Indomobil Utama, yang mengageni truk Hino dan Mazda, misalnya, hingga pekan lalu telah memasukkan 120 unit Hino yang berbobot mati 22 ton. Hingga akhir tahun ini, kalau tak ada aral melintang, perusahaan milik Liem Sioe Liong ini akan memasukkan sekitar 400 unit. Dengan begitu, sudah bisa ditebak, pada bulan di akhir 1990 ini, Pelabuhan Tanjungpriok akan mengalami banjir truk. "Tulis itu, biar para spekulan tahu diri dan segera melepas stok mereka," kata Hermah Z. Latief, Wakil Presdir Krama Yudha. Sejak akhir tahun lalu, harga jual truk di dalam negeri terus melangit. Keadaan seperti ini sengaja dibuat oleh para spekulan pemilik uang. "Mereka membeli truk bukan untuk dipakai, tapi untuk ditimbun," kata Herman kepada Indrawan dari TEMPO. Itulah sebabnya, Pemerintah segera mengambil langkah-langkah pengamanan. Mula-mula, bea masuk impor truk jadi yang 15% diturunkan menjadi nol persen. Setelah itu, Pemerintah menunjuk dua BUMN (PT Krakatau Steel dan PT Pantja Niaga) untuk terjun sebagai importir juga. Alasannya, ketika itu, para produsen lokal dengan sengaja tidak memenuhi kuota impor yang menjadi kewajiban mereka. Entah mengapa. Menyusul setelah kebijaksanaan itu, Pemerintah juga membuka keran impor untuk kendaraan dari jenis minibus dan jip. Semua itu dilakukan, selain untuk memenuhi permintaan akan kendaraan roda empat yang tidak bisa dipenuhi oleh produsen lokal, "juga agar harga mobil bisa ditekan ke arah yang wajar," kata Tungky Ariwibowo, Menteri Muda Perindustrian. Sayang, hingga saat ini belum jelas benar langkah apa yang telah diambil Krakatau Steel dan Pantja Niaga untuk merealisasikan kuota impor mereka, sebanyak hampir 25 ribu unit. Yang pasti, sampai pekan ini, harga truk masih tetap di atas normal. Truk Hino, yang harga on the road-nya sekitar Rp 66 juta, misalnya, di pasar gelap masih ditawarkan orang dengan harga Rp 77 juta. Begitu pula truk Mitsubishi, yang harganya masih Rp 5 juta sampai Rp 10 juta di atas harga resmi. Sampai kapan impor truk harus dilakukan? Menurut Soebronto Laras, Direktur Utama PT lndomobil, impor truk harus dilakukan dengan penuh perhitungan karena diperkirakan kelangkaan truk hanya akan terjadi hingga enam bulan mendatang ini. Setelah itu, normal. "Makanya, importir harus waspada, jangan sampai barang yang diimpor tak bisa dijual," kata Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) ini. Bukan sebuah imbauan yang mengadaada, tampaknya. Maklum, kendati bea masuknya nol persen, harga truk impor ini jatuhnya 10-16% lebih mahal ketimbang buatan lokal. Mitsubishi yang berbobot 17 ton, contohnya. Buatan dalam negeri harganya cuma Rp 70 juta. Sedangkan yang impor mencapai Rp 77,5 juta. Ini terjadi, selain karena terkena beban ongkos angkut (10%), juga lantaran truk impor itu masih perlu dimodifikasi, "agar sesuai dengan kebutuhan di Indonesia," kata Soebronto. Hal lain yang perlu diperhatikan importir adalah penggenjotan produksi yang dilakukan oleh para perakit. Untuk tahun ini, misalnya, produksi truk nasional diperkirakan akan mencapai 57 ribu unit. Atau sekitar 70~% di atas produksi tahun lalu. Nah, kalau produksi tahun depan tidak menurun, berarti truk impor bisa jadi tidak lagi diperlukan. Jadi, bukan mustahil, kebijaksanaan ini akan disetop Pemerintah sebelum kedua BUMN yang mendapatkan jatah mengimpor hampir 25 ribu itu beraksi. Budi ~Ku~sum~ah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini