BAHWA Surabaya sebagai kota dagang tak mau kalah dari Jakarta, itu bukan rahasia lagi. Setelah sukses dengan bursa efek -bursa pertama yang swasta di Indonesia -- mulai pekan depan, di kota ini akan dioperasikan sebuah trade center. Nama resminya: World Trade Center Surabaya (WTCS). Fungsinya: melayani para usahawan dalam segala hal, khususnya eksportir dan importir. Dibiayai oleh Yayasan Dana Pensiun Bank Exim dan Grup Dharmala, gedung WTCS itu dibangun enam lantai. Di sini para pengusaha bisa memperoleh berbagai informasi bisnis yang dibutuhkannya. Eksportir bisa bertanya tentang jurus-jurus menembus pasar luar negeri, selain bernegosiasi atau mengadakan transaksi. Bahkan, WTCS juga siap mengurus perizinan ekspor. Servis untuk importir juga serba lengkap. Melalui jaringan WTC di seluruh dunia -- ada 217 anggota World Trade Center Association -- importir bisa memperoleh pelayanan tentang info jenis barang, negosiasi dengan produsen, hingga ke soal mengurus izin impor. Dengan pelayanan lengkap di bawah satu atap, "Langkah pengusaha akan menjadi lebih efisien," kata Edi Isdwiarto, Club Manager WTCS. WTCS yang didesain menurut model WTC di Taipei -- world trade yang paling sukses di dunia -- juga dilengkapi ruang pameran dan ruang pertemuan. Sewanya, antara Rp 3 juta dan Rp 4 juta per meter persegi untuk jangka waktu sepuluh tahun. "Kapling yang kami sediakan sudah terisi 60%," ujar Edi, mengomentari tingkat pemakaian WTCS, gedung yang dibangun sesuai dengan gagasan Gubernur Jawa Timur, Soelarso.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini