Perebutan kue di pasar kargo udara Indonesia dipastikan makin ketat dengan kehadiran kargo Singapore Airlines (SIA). Menurut International Air Transport Association (IATA), pada 1999 pasar kargo Indonesia ada di peringkat 9 di Asia, dengan nilai US$ 301 juta. Ini naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang hanya senilai US$ 240 juta dan ada di peringkat 10. Angka tersebut diyakini akan meningkat sejalan dengan kenaikan ekspor nonmigas pascakrisis ekonomi.
SIA selama ini melayani kargo lewat "perut" armada regulernya. Sejak izin pemerintah diperoleh Oktober 2000 lalu, SIA menambah pelayanan kargo dengan pesawat khusus kargo (freighter) B747-400 MegaArk berkapasitas 110 ton. Jatah 35 ton dari kapasitas itu khusus untuk pasar Indonesia.
SIA akan memfokuskan pada kargo peka waktu (perishable), seperti ikan segar dan tuna, ikan hias, manggis, belut, dan kura-kura. "Potensi pasar kargo Indonesia sangat kuat, tumbuh 10-15 persen per tahun. Ini peluang bisnis yang menguntungkan kami," kata Manajer Umum Indonesia SIA, Raja Segran, kepada TEMPO. Saat ini saja, SIA sudah mengangkut 80-100 ton kargo setiap hari lewat jalur Jakarta, Surabaya, dan Denpasar.
Sayang, pertumbuhan pasar kargo itu belum bisa dinikmati maskapai domestik. Menurut Direktur Utama Lion Airlines, Rusdi Kirana, sulit bagi maskapai baru nasional masuk ke bisnis kargo. "Maskapai nasional umumnya kesulitan network," ujarnya. Lion Airlines sendiri, akhir Februari ini, akan mulai melayani kargo internasional. Selain Lion, maskapai domestik yang tercatat melayani kargo adalah Garuda dan Merpati Nusantara, yang sayangnya kurang berkembang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini