Siap di layar monitor anda

BISNIS pelayanan jasa informasi semakin marak. Berbagai cara yang mengandalkan teknologi lebih cepat, tepat, dan mudah, meramaikan persaingan ''kurir info'' ini. Awal bulan lalu lahir satu lagi on line service, yang siap mensuplai berbagai informasi, apakah itu mengenai valuta asing, komoditi, harga saham, ataupun data keuangan. Pendatang terakhir yang tampak canggih itu bernama PT Telequote Multi Informatika. Perusahaan ini merupakan kongsi antara KNI (Kantor Berita Nasional Indonesia) dan PT Telkom. Dengan 32 jaringan telepon yang dimilikinya, Telequote mampu menghadirkan berbagai info bisnis melalui sistim modem, langsung ke layar monitor komputer pribadi para pelanggannya, hanya dalam tempo tak lebih dari lima detik. Keunggulan jasa yang ditawarkan Telequote tak hanya sebatas data. ''Analisa mengenai berbagai peristiwa yang melatarbelakangi gejolak suatu usaha juga bisa kami berikan'' ujar Djauhari, Direktur Utama Telequote. Dalam kategori analisa, termasuk analisa atas perubahan kurs mata uang hingga gejolak di bursa saham. Bila ditambah lagi dengan prediksi setelah gejolak terjadi, maka info yang ditawarkan Telequote tak dapat tidak akan lebih memudahkan para kliennya mengambil keputusan. Tak jelas berapa besar investasi Telequote. Juga belum terungkap berapa pelanggannya. Yang pasti, tarif berlangganan Telequote adalah US$ 295 per bulan. Dan menurut Djauhari, ''Dalam dua tahun titik impas akan tercapai.'' Sebelum Djauhari, Kadin (Kamar Dagang Indonesia) telah lebih dulu mencoba peruntungan dalam bisnis informasi ini. Dengan Bipinet (Business Information andPromotion Network), Kadin menggarap sistem terminal yang mencakup data internasional sumbernya adalah International Busniness Network (IBN) dan International Trade Center (ITC) dan nasional. ''Untuk tahap awal akan diutamakan pelayanan mengenai masalah- masalah perdagangan internasional,'' ujar W. Kasman, Direktur Eksekutif. Proyek yang mulai digarap Kadin dua tahun lalu itu menelan investasi perdana sebesar Rp 260 juta. ''Investasi sebesar itu baru untuk perangkat kerasnya saja,'' tutur Kasman. Dengan teknologi kaliber worldwide dari AT&T, Amerika Serikat, diperkirakan dalam dua tahun mendatang Bipinet siap dipasarkan di Surabaya, Bandung, Semarang, dan Batam. Tarifnya Rp 120 ribu per klien, dengan 290 pelanggan. Sebuah pusat pengolahan data juga dimiliki Departemen Perindustrian. ''Semula tujuan utama menyelenggarakan pusat data ini adalah untuk membantu para pejabat di lingkungan departemen,'' kata Ida Hariyati, Kepala Pelayanan Jasa Informasi di sana. Berarti, tidak punya misi komersial. Dioperasikan sejak tahun 1990, pelanggannya ada kira-kira 100 orang. Ternyata World Trade Center (WTC) di Jakarta berkantor di Jl. Jendral Sudirman sudah sejak 1968 bergerak dalam bisnis informasi. Dengan sistem yang dikendalikan oleh General Electric Information Center, WTC bisa melayani berbagai kebutuhan info tentang barang dan rekanan bisnis lengkap dengan profil perusahaannya. Entah mengapa, dari jaringan seluas itu WTC baru menjaring 3.000 pelanggan di seluruh dunia. Di Indonesia, menurut Ari W. Tunggka, Trade Communication Officer WTC, pelanggannya jauh lebih sedikit. Dari 600 anggota WTC yang ada di sini hanya tercatat 10 pelanggan, padahal tarif WTC hanya US$ 100. ''Masyarakat belum terlalu sadar akan pentingnya informasi,'' kata Tungka menduga- duga. Atau barangkali WTC kurang agresif? Moebanoe Moera, Iwan Q.H., dan Bina Bektiati