HUBUNGAN Indonesia-Cina mencatat lembaran baru. Kejadiannya berlangsung 29 April lalu, ketika perusahaan minyak dari RRC, Sinopec, menandatangani nota kesepakatan (memorandum of understanding) dengan PT Chandra Asri Petrochemical Centre (CAPC). Pihak RRC diwakili Presiden Sinopec, Sheng Huaren. Sedangkan Indonesia diwakili tiga pemegang saham utama CAPC, yakni Prajogo Pangestu (bos Barito Pacific Group), Bambang Trihatmodjo (bos Bimantara Group), dan Henry Pribadi (bos Napan Group). Kedua pihak sepakat untuk mendirikan satu pabrik pengilangan minyak dan satu pabrik pupuk di Indonesia. Lokasinya masih akan dicari. ''Untuk pengilangan akan dicari di sekitar Jawa Timur, Jawa Tengah, atau Jawa Barat. Sedangkan pabrik pupuk urea kemungkinan di Kalimantan,'' kata Henry Pribadi. ''Mengenai lokasi, harus jelas syarat transportasi dan suplai bahan bakunya agar bisa menghemat biaya. Dengan demikian bisa memiliki daya saing yang kuat untuk pemasaran,'' kata Sheng Huaren. Sinopec sebenarnya merupakan perusahaan minyak kedua di RRC didirikan tahun 1983 tapi menguasai 95% industri perminyakan di sana. Kendati kedua pihak baru sampai pada tahap penandatanganan nota kesepakatan, Prajogo menargetkan kedua pabrik itu sudah dibangun dalam tempo 3 tahun. ''Prosesnya membutuhkan waktu 40 bulan,'' kata Suwoso Sinduredjo, bekas pejabat tinggi Pertamina yang kini menjadi salah satu direktur PT CAPC. Pabrik pengilangan minyak ini direncanakan akan mengolah 125.000150.000 barel per hari. Sedangkan pabrik pupuk berkapasitas 450.000500.000 ton. Anggaran kedua proyek itu, kata Prajogo, antara US$ 2 miliar dan US$ 3 miliar (Rp 46 triliun). Adapun investornya dipastikan kelak semua dari luar negeri. ''Perusahaan nantinya berbentuk PMA (perusahaan modal asing). Diusahakan 100%,'' kata Prajogo. Tampaknya, pendanaan memang tidak menjadi masalah bagi Sinopec. Belum lama ini, Sinopec bersama Sinochem membentuk perusahaan Unipec (United Petroleum and Chemicals Co. Ltd.), dengan modal 100 juta yuan (sekitar Rp 36 miliar). Agaknya Unipec-lah kelak yang akan meneruskan kerja sama dengan CAPC. ''Presiden Unipec, Jiang Yunlong, ikut dalam delegasi ini,'' kata Sheng kepada TEMPO. Unipec ternyata baru didirikan pada zaman reformasi ekonomi Cina. Bos Pertamina, Abda'oe, memastikan bahwa Pertamina siap berbisnis dengan perusahaan baru itu. ''Kami siap menjual bahan baku kepada mereka,'' tutur Abda'oe. Kendati produk minyak Indonesia pada tahun 2000 nanti diperkirakan sudah menipis, Sheng optimistis pemasokan bahan baku pabriknya tidak akan terhambat. ''Setahu kami, Indonesia punya gas alam yang banyak. Kami yakin, dengan kerja sama ini, bahan bakunya akan terjamin,'' kata Sheng. RRC adalah negara produsen minyak nomor empat terbesar (2,8 juta barel per hari), tapi sejak tahun 1989 harus mengimpor minyak mentah, antara lain dari Indonesia. Pupuk pun sudah mereka impor. Tapi, bagaimana Chandra Asri bisa lengket dengan Sinopec? Asal- muasalnya adalah ketika Prajogo mencari dana tambahan bagi proyek olefinnya di Anyer, Jawa Barat. Saat itulah ia bertemu dengan para bos Sinopec. ''Sinopec memiliki 72 perusahaan pengilangan minyak dan 40 pabrik olefin. Asetnya US$ 28 juta, omsetnya US$ 25 juta, dan mereka memiliki 700.000 karyawan dengan 75.000 tenaga insinyur,'' demikian Prajogo membanggakan mitranya. Max Wangkar dan Taufik T. Alwie
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini