Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sinyal Pasar: Peringkat Kredit Indonesia

31 Juli 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAHUN politik datang lebih cepat. Pemilihan umum masih dua tahun lagi. Tapi, jika melihat sasaran pemerintah dalam anggaran 2018, sepertinya upaya pemenangan pemilu sudah mulai bergulir. Itu terlihat pada asumsi ambisius untuk Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018. Target pertumbuhan ekonomi 5,4-6,1 persen, jauh di atas proyeksi Bank Dunia, misalnya, yang hanya 5,3 persen.

Berulang kali pemerintah memberi sinyal, anggaran program populis seperti dana bantuan sosial ataupun dana desa akan naik berlipat. Tentu tak ada salahnya jika pemerintah mematok target tinggi, apalagi jika dapat mencapainya sehingga rakyat menjadi lebih sejahtera. Wajar pula bila tingkat elektabilitas Presiden Joko Widodo turut melompat karenanya. Pertanyaannya hanya satu tapi sangat penting: realistiskah?

Begitu pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat mengetuk asumsi itu menjadi undang-undang, pasar menyorot secara saksama. Begitu ada gelagat pemerintah kesulitan memenuhi targetnya sendiri, pasar finansial akan menghukumnya dengan meminta imbalan lebih besar jika memberi utang.

Ini bukan skenario, melainkan cerita sebenarnya pada 2015-2016. Ketika itu pasar tak yakin pemerintah mampu mengatasi defisit. Ujungnya, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sempat ambruk ke angka 14.710 pada Juli 2016. Rupiah hanya bisa selamat setelah program amnesti pajak menggelinding.

Kini tak ada lagi jalan pintas seperti amnesti pajak. Bahkan, jika melihat lanskap pasar global, tanpa target ambisius pun tantangan bagi Indonesia sudah sangatlah berat. Dua tahun dari sekarang adalah masa kritis yang bisa membuat kondisi ekonomi banyak negara jungkir balik. Pekan lalu, Ketua The Federal Reserve Janet Yellen kembali memberi aba-aba dimulainya program pemangkasan aset, yang bisa berdampak mengeringnya likuiditas di pasar global.

Sementara itu, ketidakpastian status pemulihan ekonomi Amerika Serikat dan rendahnya kepercayaan pasar pada kemampuan Presiden Donald Trump melaksanakan program membuat situasi terus bergolak. Amerika secara teknis juga terancam jatuh menjadi negara pengemplang utang karena Kongres Amerika belum sepakat soal plafon utang yang baru. Itu sebabnya, nilai dolar Amerika terus merosot selama 2017.

Indonesia tentu tak luput dari tekanan marabahaya global ini. Pertandanya terlihat pada nilai tukar rupiah. Memang, terhadap dolar Amerika, rupiah sedikit menguat. Tapi terhadap mata uang lain, dari negara maju ataupun jiran, nilai rupiah terus merosot sejak awal 2017. Sekadar contoh, (selengkapnya lihat tabel) terhadap dolar Singapura (minus 5,4 persen), baht Thailand (minus 6,49 persen), atau euro (minus 10,56 persen).

Depresiasi mata uang sekencang itu dalam tempo tujuh bulan seharusnya membuat pemerintah lebih realistis. Ekspor tidak menggeliat. Pertumbuhan kredit perbankan juga kembali melembek, sementara dana masyarakat yang tersimpan di bank malah naik. Ini gejala nyata rendahnya gairah berusaha. Situasi menjadi kontradiktif ketika pemerintah justru mematok target pertumbuhan tinggi. Otomatis, asumsi penerimaan negara turut naik. Berikutnya, pemerintah harus mencekik keras dunia usaha yang sudah lesu demi penerimaan pajak lebih tinggi. Bahkan bea masuk impor barang pun kini menjadi ladang baru. Hasilnya, perputaran perdagangan menurun, ekonomi justru makin lesu.

Situasi global yang bergolak dan respons kebijakan domestik yang begitu kontradiktif merupakan resep ampuh menuju marabahaya yang berpotensi meletus persis di tahun pemilu. Alih-alih menikmati pesta demokrasi, dua tahun lagi Presiden Jokowi bisa pusing tujuh keliling mengatasi persoalan yang ia ciptakan sendiri. l Yopie Hidayat - Kontributor Tempo


Pergerakan Kurs Rupiah 2017
Sejak awal tahun hingga Jumat, 28 Juli 2017, pukul 14.00 WIB, SUMBER: RTI

Dolar Singapura
-5,4%
Baht Thailand
-6,49%

Euro
-10,56%

Dolar Australia
-9,77%

Won Korea
-5,74%

Ringgit Malaysia
-3,65%

Yen Jepang
-4,66%

Dolar Amerika Serikat
1,38%

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum