USAHA pencarian Nyoto Tombeng, pengusaha tersohor di Surabaya
yang mendadak hilang 2 Februari lalu. kini diambil-alih oleh
Kejaksaan Agung, Hantoro Sumaryo, yang semula ditunjuk sebagai
jaksa pemeriksa perkara tersebut, sejak itu tak bersedia lagi
memberikan keterangan. Mulanya Kejaksaan Negeri Surabaya
menangani perkara menghilangnya Nyoto Tombeng atas pengaduan
Cipto Hartono, Kepala Cabang South East Asia Bank (SEAB)
Surabaya dan PT Ramayana dari Jakarta.
SEAB Surabaya merasa dirugikan Rp 700 juta lebih (TEMPO 21
Maret). Tapi PT Ramayana, yang semula juga mengadu karena
merasa dirugikan sebanyak Rp 500 juta, belakangan menarik diri.
Soalnya, ada sejumlah 16.000 bal serat goni eks Muangthai, yang
dilaporkan sebagai milik PT Ramayana, masih tersimpan dalam
gudang CV Tunas Harapan, salah satu perusahaan Nyoto yang di
daerah Kalimas, Surabaya. Nilainya sekitar Rp 1,2 milyar. Belum
lagi yang tersimpan di gudang-gudang pabriknya yang di Demak
Timur, berupa plywood (kayu lapis) dan suku-cadang berharga
industri logam.
Kebanggaan Nyoto
Beberapa hari sejak menghilangnya pengusaha besar itu, memang
banyak yang mengincar isi gudang perusahaan Nyoto Tombeng. Itu
makin diramaikan dengan munculnya iklan dari keluarga Nyoto di
beberapa koran Surabaya, Semarang dan bahkan di Singapura, yang
menghimbau agar dia segera kembali ke familinya di Surabaya.
Bisa dimengerti bila Abdullah Thalib, pengacara keluarga Nyoto
Tombeng, pagi-pagi meminta bantuan Laksusda Ja-Tim. Sebab pada
hari yang sama, 4 Februari PT Sucofindo juga melakukan
pemblokiran. Rupanya isi gudang tadi dijaminkan kepada The
Chartered Bank of London, Cabang Jakarta, dan Sucofindo yang
mengawasi masuk keluarnya barang. "Sejak semula kami termasuk
salah satu Ferusahaan yang memegang kunci gudang di Kalimas,"
kata Djoko Prawito, Kepala Cabang Sucofindo Surabaya.
Tapi pada 6 Februari, tak kurang dari Kejaksaan Negeri Surabaya
yang juga mendatangi gudang yang sama, dan menyegelnya. Karena
sudah ada dua tanda penyegelan di bagian pintu depan gudang,
maka pihak Kejaksaan Negeri Surabaya menempatkan segelnya di
bagian belakang gudang. Menurut laporan pihak SEAB di Kejari
Surabaya, salah satu barang yang dijaminkan ke bank itu adalah
serat goni.
Yang agaknya merasa bingung adalah Sucipto, Direktur PT
Anugerah, salah satu penyalur Dolog Ja-Tim. Dia ini merasa
punya serat goni di gudang itu seharga Rp 50 juta.
"Transaksinya sudah kami lakukan 8 Januari lalu," ujar Sucipto.
Tapi tuntutan direktur PT Anugerah itu belum bisa terlaksana,
berhubung timbul beberapa pihak yang mengaku ikut memiliki serat
goni tadi. "Jadi saya berharap mereka yang merasa ikut punya
serat goni itu bisa bersabar, menunggu jalan keluar lewat
hukum," kata Djoko Prawito.
Dengan The Chartered Bank yang mempunyai tagihan sebanyak Rp 800
juta, Abdullah Thalib nampaknya belum selesai melakukan
perundingan. "Kami berharap agar bank asing itu bersedia
membebaskan bunga selama enam bulan, nanti akan kami cicil
pinjaman itu selama limabelas bulan," kata Abdullah pengacara
dari kantor Adnan Buyung Nasution & Associates di Surabaya.
Permintaan yang sama juga diajukan Abdullah kepada Bank Inter
Pacific. Tapi mereka nampaknya bersikap keras. Pada 14 Maret
lalu, bank tersebut mengirim surat teguran kepada PT Sinar
Surya Metal Works, pabrik lampu tekan (petromaks) yang terkenal
itu, mengingatkan bahwa pinjaman yang mereka berikan sebesar Rp
800 juta sudah jatuh waktu.
PT Sinar Surya Metal Works, PMA patungan dengan Hongkong itu,
boleh dibilang merupakan perusahaan kebanggaan Nyoto Tombeng.
Sahamnya di situ mencapai 25%. Partner dari Hongkong, Chan
Ching Pan, bersama lima rekannya di koloni Inggris itu,
memiliki 36%. Tapi apa arti kebanggaan ini sekarang?
Kalau dihitung-hitung seluruh utang Nyoto Tombeng meliputi Rp 5
milyar. Tentu saja tindakan penyegelan dan serbuan para penagih
itu akan bisa mematikan satu-satunya perusahaan Nyoto yang
masih jalan -- yakni PT Sinar Surya itu. Perusahadn Nyoto yang
lain, seperti PT Artha Tobacco, PT Waled Kencana yang
memproduksikan obat nyamuk merk Moon Rabbit, dan PT Jatim
Agung yang membuat batu baterai merek Seven sudah tutup
semua.
"Cukup Aneh"
Gubernur Bank Sentral Rachmat Saleh yang bahkan menilai PT Surya
itu sebagai "sangat baik," menghimbau agar penyegelan yang
dilakukan pihak Kejari Surabaya dicabut lagi. Demikian pula dia
tak membenarkan para penagih yang datang silih berganti.
"Penagihan yang buru-buru dilakukan setelah pengusaha tadi
menghilang kurang bijaksana, karena bisa mengganggu jalannya
perusahaan. Tindakan penting saat ini adalah bagaimana
menyelamatkan perusahaan agar tetap jalan," kata Gubernur Bank
Indonesia kepada pers Jumat pekan lalu.
Rachmat Saleh kemudian berjanji akan mengatur
penagihan-penagihan itu, sedemikian rupa, sehingga tak
memberatkan perusahaan. Satu dan lain hal, karena pabrik lampu
tekan itu ternyata cukup sarat buruhnya, sebanyak 1.200 orang.
Gubernur BI yang mengikuti kasus Nyoto Tombeng ini, berpendapat
hilangnya pengusaha terkenal itu "cukup aneh". Sebab, bila yang
menjadi soal itu adalah kekurangan dana, Rachmat Saleh
beranggapan tak sulit bagi Nyoto Tombeng untuk meminta bantuan
dari para bankir yang umumnya sangat percaya padanya.
Hilangnya Nyoto Tombeng masih tetap misterius. Istrinya kabarnya
masih suka menangis. Pihak keluarga masih sangsi apakah Nyoto
sudah berada di luar negeri, sekalipun istrinya pernah memasang
iklan di koran Singapura. Sebab, paspor Nyoto Tombeng masih ada
di rumahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini