Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak dibangun PT Smelting Gresik pada 1996, PT Freeport Indonesia (PTFI) telah menerima Surat Izin Usaha Pertambangan Khusus dari pemerintah pada 2018, membuat perusahaan multinasional ini kian kokoh dalam melebarkan sayapnya. Guna mendapat hak perpanjangan surat tersebut hingga 2041, PTFI diwajibkan membangun smelter baru untuk pemenuhan wajib pajak negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Smelter yakni fasilitas yang dimiliki perusahaan guna mengolah serta meningkatkan kandungan emas, perak, nikel, tembaga, serta timah agar mencapai standar hasil tambang yang sudah dtetapkan. Masih mengutip sumber yang sama, Freeport Indonesia telah membangun smelter baru di Manyar Gresik, Jawa Timur yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2024 nanti. Smelter ini diresmikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada 14 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari koran.tempo.co, kualitas smelter akan mempengaruhi kandungan logam yang dikelola karena selama pemrosesan pada logam terjadi peleburan dan pemisahan terhadap kontaminan. Hasilnya bijih logam yang tereduksi akan menjadi logam aktif, hidrogen, dan zat lainnya. Logam yang sangat aktif akan sulit tereduksi dan smelter harus bekerja keras untuk melakukan tugasnya.
Proses pada smelter disebut dengan smelting yang melibatkan pekerja dengan kontak suhu tinggi, pekerja juga dituntut teliti serta fokus karena bersinggungan dengan zat berbahaya di dalam logam.
Berdasarkan sumber yang sama, adapun logam yang memerlukan proses smelting antara lain, emas, tembaga, nikel, besi, dan timah. Keberadaan fasilitas smelter ini selain menguntungkan perusahaan, juga menguntungkan negara karena memberi sokongan atas pertumbuhan ekonomi di suatu daerah tersebut.
Sementara itu, Smelter Manyar ditargetkan dapat mengolah hasil tambang bijih tembaga dari Papua dengan targer proyeksi sebanyak 600 ribu ton untuk tembaga, 50 ton emas, serta 210 ton untuk perak tiap tahunnya.
Dengan beroperasinya Smelter Manyar, bijih tembaga dari Papua ke Manyar untuk diolah menjadi katoda tembaga. Smelter ini dibangun dengan investasi senilai US$ 3 miliar atau setara dengan Rp 46,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.515 per dolar AS).
MELINDA KUSUMA NINGRUM I AMELIA RAHIMA SARI