Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkap sejumlah faktor yang mendorong terjadinya pemutusan hubungan kerja atau PHK. Pertama, inflasi yang mempengaruhi daya beli. Sehingga, produk kategori menengah ke atas atau produk sekunder dan tersier, permintaanya menurun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ketika ada ancaman resesi, inflasi naik, suku bunga naik, konsumen memang akan mengurangi daya beli,” ujar Bhima ketika dihubungi Tempo melalui sambungan telepon, Jumat, 10 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faktor kedua, adalah langkah perusahaan untuk melakukan reorganisasi. Meskipun tidak ada penurunan pendapatan yang signifikan, momentum ancaman resesi ini dimanfaatkan perusahaan untuk mengurangi karyawan. Terlebih untuk perusahaan yang bergerak di bidang spesifik, seperti layanan hiburan streaming film.
Menurut Bhima, tren masyarakat yang menonton film dari rumah akibat pandemi Covid-19 akan tetap berlanjut meski situasi sudah membaik. Artinya, terjadi perubahan kebiasaan dalam menonton. Bisnis streaming film pun dianggap lebih menguntungkan ketimbang memutar film di bioskop yang biaya operasionalnya lebih besar.
“Meski awalnya sudah ada rencana memangkas unit bisnis yang tidak profitable, mereka (perusahaan) menggunakan resesi sebagai pembenaran untuk melakukan efisiensi,” tutur Bhima.
Faktor ketiga, yakni dorongan untuk menormalkan kembali biaya untuk belanja pegawai. Hal ini tidak terlepas dari fenomena karyawan start up yang mendapat gaji sangat besar. Ketika situasi berubah dan investor turun, perusahaan rintisan pun mau tidak mau memangkas karyawan.
“Ancaman resesi digunakan untuk memangkas biaya itu. Jadi bisa bertujuan ketika mereka membuka rekrutmen baru, mereka bisa gunakan gaji atau insentif baru,” ujar Bhima.
Bhima memprediksi gelombang PHK akan terus berlanjut dalam beberapa waktu ke depan. Sebab menurutnya, tahun ini menjadi tahun menantang. Perusahaan melakukan efisiensi untuk mendapat keuntungan lebih tinggi.
Fenomena ini, Bhima melanjutkan, juga tidak terlepas dari perubahan kebutuhan tenaga kerja. Terlepas dari perubahan akibat pandemi, Bhima mengatakan disrupsi era digital juga belum selesai. Masih aka nada bisnis maupun profesi baru yang bermunculan.
“Misalnya, sekarang perusahaan membutuhkan tenaga IT yang lebih spesifik dan bukan sekadar untuk big data,” kata Bhima. “Profesi-profesi baru kemungkinan akan muncul. Itu juga yang harus dipersiapkan pemerintah, perguruan tinggi,” bebernya.
Fenomena PHK memang terjadi di beberapa waktu terakhir. Di Indonesia, fenomena ini terjadi pada sejumlah perusahaan startup. Misalnya, GoTo yang melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK kepada 1.300 karyawan pada November lalu. Direktur GOTO Melissa Siska Juminto mengatakan langkah tersebut terpaksa diambil untuk mendorong kinerja bisnis yang semakin sehat.
Teranyar, badai PHK juga menimpa perusahaan multinasional Walt Disney dan Yahoo. Walt Disney melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 7.000 pekerjanya pada Rabu, 8 Februari 2023. Jumlah PHK tersebut setara 3,6 persen dari jumlah tenaga kerja global Disney. Walt Disney mengambil langkah ini dengan alasan untuk menghemat US$ 5,5 miliar biaya dan membuat bisnis streaming yang menguntungkan.
Sementara Yahoo, akan melakukan pemutusan kerja atau PHK terhadap lebih dari 20 persen karyawannya. Perusahaan tersebut melakukan PHK sebagai bagian dari restrukturisasi pada divisi periklanan.
Juru Bicara Yahoo mengatakan pemangkasan tenaga kerja ini akan berdampak pada kurang lebih 50 persen karyawan di divisi iklan pada akhir tahun ini. “Termasuk hampir 1.000 karyawan pada Minggu ini,” katanya, Kamis, 9 Februari 2023, dikutip dari Reuters.
Langkah pengurangan tenaga kerja ini memungkinkan perusahaan mempersempit fokus dan investasinya pada bisnis iklan andalannya yang disebut DSP. Yahoo disebut terpaksa melakukan PHK lantaran banyak pengiklan yang mengurangi anggaran pemasaran mereka. Hal itu tidak terlepas dari tingkat inflasi yang tinggi dan ketidakpastian akan resesi yang masih berlanjut.
Pilihan Editor: Yahoo dan Walt Disney Pangkas Karyawan, Terdampak Resesi Global