Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat penerbangan Alvin Lie mengkritik pengecatan pesawat kepresidenan dari biru langit menjadi merah putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, ganti warna pesawat kepresidenan itu tidak tepat waktu. Pasalnya, saat ini negara sedang menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Point utama saya adalah tidak tepat waktu pemerintah melakukan cat ulang pesawat Kepresidenan. Saat ini negara kita sedang hadapi multikrisis. Selain pandemi, juga krisis ekonomi dan sosial yang timbul akibat pandemi," kata Alvin Lie kepada Tempo, Rabu, 4 Agustus 2021.
Saat ini, kata Alvin, jutaan warga kehilangan pekerjaan atau merosot pendapatannya. Demikian juga jutaan perusahaan dalam kondisi sekarat, bahkan mengibarkan bendera putih.
Belum lagi, ada ratusan ribu orang kehilangan suami atau istri, serta ratusan ribu anak kehilangan Bapak, Ibu atau malah jadi yatim piatu akibat pandemi ini.
Menurut Alvin, dalam situasi ini pemerintah seharusnya menunjukkan empati dan sense of crisis. "Jangan berdalih bahwa anggaran telah tersedia. Anggaran tersedia tidak harus dibelanjakan," ujar Alvin.
Alih-alih dipakai untuk mengecat pesawat kepresidenan, Alvin mengatakan anggaran itu bisa dihemat dan kembali ke kas negara. Kemudian, anggaran tersebut dapat dialihkan untuk kebutuhan yang lebih mendesak.
Merujuk kepada biaya pengecatan ulang pesawat Boeing 737-800 penerbangan sipil, Alvin mengatakan ada dua metode pengecatan ulang.
Pertama adalah dengan sanding, yaitu cat lama diamplas hingga hilang warnanya tinggal primer dasar, lalu dicat dengan warna dan pola baru. Metode kedua adalah stripping, yaitu cat lama dikupas total hingga ke kulit pesawat, lalu dicat ulang.
"Yang lazim dilakukan adalah metoda Sanding. Biaya berkisar US$ 100 ribu per pesawat," ujar Alvin. Dalam situasi pandemi dan krisis ekonomi, ia mengatakan pengeluaran yang tidak mendesak semacam itu seharusnya ditangguhkan dan anggaran difokuskan ke penanggulangan pandemi.
Sebelumnya, Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono mengatakan pesawat jenis Boeing 737-8U3 (BBJ2) itu dicat di dalam negeri.
"Pengecatan Pesawat BBJ2 sudah direncanakan sejak tahun 2019, terkait dengan perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 2020," ujar Heru kepada wartawan Istana, Selasa, 3 Agustus 2021.
Dia mengatakan proses pengecatan pesawat kepresidenan merupakan pekerjaan satu paket dengan Heli Super Puma dan Pesawat RJ. Namun, Heru menyebut, pengecatan ulang BBJ2 baru bisa dilakukan tahun ini karena menyesuaikan interval waktu perawatan rutin yang sudah ditetapkan.
CAESAR AKBAR | DEWI NURITA