Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Sri Mulyani: Kontribusi Sektor Energi ke Penurunan Emisi Karbon Sangat Mahal

Menteri Sri Mulyani mengatakan Indonesia membutuhkan ongkos besar untuk mentransformasi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan.

7 Desember 2021 | 13.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sri Mulyani. Instagram/@smindrawati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia membutuhkan ongkos yang besar untuk melakukan transformasi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Untuk menurunkan emisi karbon atau CO2 sebesar 450 juta ton, negara harus mengeluarkan biaya Rp 3.500 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

So you can imagine, energi adalah sektor yang very expensive (mahal) dan costly (menarik biaya), tapi dia sangat penting bagi rakyat dan peranannya menurunkan CO2 adalah the second largest in our economy,” tutur Sri Mulyani dalam webinar Pertamina Energy Webinar 2021: Energizing Your Future, Selasa, 7 Desember 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Biaya menekan emisi karbon dari sektor energi bahkan lebih besar dari sektor agrikultur, yakni afolu atau forestry and land use. Sektor ini memakan biaya relatif murah, yakni Rp 90 triliun untuk penurunan 700 juta ton ekuivalen CO2 atau 41 persen dari total seluruh target penurunan emisi.

Menurut Sri Mulyani, komitmen Indonesia mencapai target penurunan emisi karbon dengan melakukan transformasi energi harus didukung oleh global. Dalam beberapa kali pertemuan dengan Asian Development Bank (ADB), Sri Mulyani mengatakan Indonesia saat ini memiliki sumber daya alam (SDA) energi fosil yang sangat besar.

Jika Indonesia memensiunkan pembangkit listrik energi fosil dan beralih ke energi terbarukan, perlu investasi besar dan tidak murah. “Seperti geotermal, hidro, semua capital standing-nya gede sekali. Meski dampaknya positif, tapi butuh front and capital standing yang besar,” ujar Sri Mulyani.

Di sisi lain, Indonesia menghadapi elemen risiko dalam proses transformasik, seperti jika pengembangan energi panas bumi tidak berhasil. “Ini membutuhkan suatu pemikiran yang sangat detail agar kita bisa melakukan establish policy dalam jangka panjang,” kata Sri Mulyani.

Indonesia, kata Sri Mulyani, telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon atau CO2 sebesar 29 persen secara mandiri. Komitmen itu disampaikan dalam berbagai pertemuan internasional, seperti Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021 atau COP 26 di Glasglow, akhir Oktober lalu.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiscus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus