Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,8 - 5,5 persen pada tahun 2022. Perkiraan itu diyakini tercapai meski saat ini kasus Covid-19 varian Omicron tengah meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kementerian Keuangan masih melihat pertumbuhan ekonomi tahun 2022 akan berada pada kisaran 4,8 – 5,5 persen," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual Selasa, 22 Februari 2022.
Untuk kuartal I tahun 2022 ini, dia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 4,5 - 5,2 persen (yoy). Perkiraan itu didukung dengan level Purchase Managers Index atau PMI Indonesia di 5,7 yang menunjukkan ekspansi selama lima bulan berturut-turut.
Dia memang mengatakan bahwa ketidakpastian perkembangan varian Omicron masih menjadi tantangan, tetapi optimisme pemulihan ekonomi terus berlanjut. Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN pada awal 2022 juga masih sesuai target.
Lebih jauh Sri Mulyani berharap kinerja positif APBN terus berlanjut di bulan-bulan berikutnya walaupun di sisi penerimaan diperkirakan tidak sekuat bulan Januari.
Selain itu, kata dia, Indonesia termasuk dari sedikit negara di lingkungan G20 dan ASEAN-6 yang (ekonominya) mencapai tingkat pertumbuhan ketika sebelum pandemi Covid (level pre-Covid GDP level). Produk Domestik Bruto riil Indonesia berada di 101,6 berarti 1,6 persen di atas GDP saat pre-Covid.
Dari sisi harga komoditas, Sri Mulyani memperkirakan kenaikan harga-harga masih berlanjut di awal tahun 2022 dan turut berimbas ke pertumbuhan ekonomi. "Di bulan Januari batu bara bahkan mengalami kenaikan lagi, gas minyak mentah naik. Untuk komoditas yang merupakan unggulan di Indonesia seperti nikel, CPO, karet juga tetap pada posisi yang tinggi” kata bendahara negara tersebut.
Berikutnya, salah satu yang membuat peningkatan ketahanan ekonomi Indonesia adalah neraca perdagangan yang terus mengalami surplus selama 21 bulan berturut-turut. Pada Januari 2022 neraca perdagangan membukukan surplus hingga US$ 930 juta.
Ekspor pada Januari mencapai US$ 19,16 miliar atau tumbuh 25,31 persen. Pertumbuhan itu terutama didorong oleh ekspor non migas, seperti bahan bakar mineral, lemak hewani, nabati CPO dan mesin serta perlengkapan elektronik.
Sedangkan impor Indonesia tercatat mencapai US$ 18,23 miliar atau tumbuh 36,77 persen. Impor ini didominasi oleh barang-barang yang mendukung produksi, yaitu bahan baku dan barang modal.
Walaupun kinerja ini sudah menunjukkan arah dan ritme pemulihan ekonomi yang baik, menurut Sri Mulyani, kondisi ini harus terus dijaga karena tantangan ke depan masih perlu diwaspadai.
Baca: Sri Mulyani Soroti Dana Pemda Mengendap di Bank Capai Rp 157,97 Triliun
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini