PAHA mulus." Ini tema poster yang dipamerkan di Museum Nasional Jakarta. Tapi poster ini tidak menyajikan gambar paha wanita mulus di balik busana yang tersingkap. Poster yang dimaksudkan rancangan iklan layanan masyarakat ini kosong, putih, dan tanpa gambar. Hanya ada dua kata dalam sebuah lingkaran hitam seperti noda di tengah bidang kosong, pada poster itu. Tulisannya singkat: Paha Mulus. Perhatian penonton toh terpancing karena di bawah tulisan tadi terdapat teks yang, siapa tahu, menyajikan tulisan tentang paha, atau malah lebih dari itu. Ternyata teks itu berbunyi: "Terima kasih atas usaha Anda membaca tulisan ini. Anda telah membuktikan bahwa pelecehen wanita memang mempunyai daya tarik yang kuat." Itu karya Tara Sutrisno. Salah satu karya pada "Pameran Iklan Layanan Masyarakat Kelompok Kancil" yang berlangsung pekan silam. Pameran di Museum Nasional ini menampilkan 100 rancangan iklan layanan masyarakat yang terdiri dari poster dan iklan audio-visual. Suara di ruang pameran dipenuhi rekaman suara janin bayi yang "menggugat" ibunya yang perokok. Ini iklan layanan masyarakat untuk radio yang mungkin akan menjengkelkan wanita perokok. Tapi apa boleh buat. Iklan layanan masyarakat memang dimaksudkan untuk mengimbau kesadaran positif. Di berbagai media bisa dilihat iklan layanan masyarakat. Pemasangannya biasanya dikoordinasikan biro iklan dengan berbagai sponsor. Namun iklan-iklan itu tak sampai menarik perhatian karena rancangannya yang asal jadi dan imbauannya terlalu stereotip. Kelompok Si Kancil, yang anggotanya kebanyakan perancang grafis dari lingkungan periklanan, punya gagasan untuk menangani iklan layanan masyarakat dengan serius. Untuk ini perlu kepedulian sosial, kesungguhan, kreativitas, dan kepekaan seni. Niat mereka yang serius ternyata menghasilkan rancangan yang serius pula. Dengan kata lain, bagus. Karya Suriswanto menampilkan kulit harimau dipentang. Di sampingnya terbaca teks yang mempertanyakan jumlah harimau di Indonesia yang makin sedikit. Di bawah teks ada kalimat menyentil: "Harimau Jawa, nasibmu tak seberuntung orang Jawa". Karya bersama Liang, A.G.S. Arya Dipayana, dan Annas Ma'ruf mempersoalkan solidaritas sosial. Mereka menampilkan potret hitam putih wajah seorang anak miskin. Tapi teksnya yang singkat bisa menohok kenyamanan orang melalui kenyataan sehari-hari yang dikontraskan: "Kaset Madonna Anda dapat mengubah nasib Udin." Tema yang juga menarik dalam pameran itu berkisar pada perilaku remaja. Muncul sebagai poster yang mengimbau agar remaja menjaga sikap mereka, yang belakangan ini memang sudah semakin kriminal. Korban Tawuran karya Eki Thadan memperlihatkan gambar seragam seorang pelajar yang digantung sendirian karena pemiliknya sudah mati konyol akibat perkelahian. Kelebihan rancangan iklan layanan masyarakat itu dibandingkan imbauan lainnya, tampil tidak klise karena kekayaan ide dan pengolahan gambar. Cara ini mungkin lebih menarik perhatian remaja yang sudah bosan diimbau atau dinasihati. "Iklan layanan masyarakat memang berusaha menggunakan kekuatan iklan mempengaruhi pemikiran masyarakat terhadap suatu masalah," kata Wagiono M.Sc., dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Kesenian Jakarta, yang juga ketua Ikatan Perancang Grafis Indonesia. Iklan melalui rancangannya yang disusun sangat taktis, menurut berbagai penelitian, terbukti punya daya pengaruh yang tinggi. Karena itu iklan dikenal sangat mempengaruhi perilaku konsumen, bahkan mampu membangun dorongan di bawah sadar. "Kekuatan inilah yang dimanfaatkan untuk membangkitkan berbagai kesadaran positif," kata Wagiono. Menurut Wagiono, rancangan iklan layanan masyarakat memang salah satu sumbangan sosial yang bisa diberikan para perancang grafis. "Ini karya desain yang dalam proses pembuatannya menuntut kepekaan seni," katanya. Kelompok Kreatif Si Kancil telah mengambil prakasa memberikan sumbangan perancang grafis itu. Melalui pameran, mereka mengajak kita memikirkan masalah iklan layanan masyarakat. Bagaimana supaya efektif. Leila S. Chudori dan Sri Wahyuni
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini