Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Susu Karton Si Kampiun

PT. DAFA, memproduksi susu cair dalam kemasan karton (uht), patungan antara Rudy Hartono, GKSI, PT. Taurus dan Abdullah Sabana.(eb)

30 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGHASIL susu bayi SGM, PT Sari Husada, Yogyakarta, akan meluncurkan produk baru. Susu cair dalam kemasan karton licin itu, dengan isi 250 cc, akan dipasarkannya awal Desember. Produksi percobaan sudah dilakukan pertengahan bulan ini. "Gizinya dijamin bagus," kata Suroto dari bagian riset dan pengembangan perusahaan itu. "Karena bahan bakunya berasal dari susu segar yang bukan sembarangan." Untuk bahan baku, pabrik itu akan menyedot susu segar eks para peternak sapi Koperasi Unit Desa Boyolali, Semarang Selatan, dan Yogya. Di pabrik, susu segar itu akan diawetkan melalui proses UHT (Ultra High Temperature). Mula-mula susu disterilisasi (lazimnya dipanaskan hingga 120 derajat Celcius selama 20 menit), lalu dipanaskan lagi (pengawetan tanpa bahan kimia hingga 140 derajat Celcius selama empat detik) tanpa mengubah banyak rasa. Dari sini susu cair tadi dikemas dalam karton licin, siap dijual dengan masa sehat untuk diminum dalam tenggang waktu 6 bulan. Ke pasar dalam negeri ini, Sri Husada akan melemparkan susu UH milco cokelat dan susu dengan ras strawberry buah arbei), serta susu murni manis (plain milk). PT Ultra Jaya Milk, Bandung, sudah menghasilkan produk serupa sejak tujuh tahun lalu. Tahun ini perusahaan yang dipimpin Direktur Utama Abdullah Sabana itu direncanakan akan menghasilkan susu UHT 6,9 juta liter, semuanya masih dipasarkan di dalam negeri. "Saya tidak mungkin mengekspornya karena harga susu segar di Indonesia (Rp 301 per liter) lebih mahal dibanding yang di luar negeri (susu bubuk impor hanya Rp 150 per liter)," kata Sabana. Pasar susu UHT yang mendatangkan keuntungan besar itu rupanya masih longgar. Berpatungan dengan Rudy Hartono, Gabungan Koperasi Susu Indonesia, dan PT Taurus, Sabana belum lama ini mendirikan PT Dafa (Dairy and Farmer Cooperative Associates). Manajemen Dafa dengan Ultra Jaya terpisah, kendati Sabana jadi direktur utama di ke(lua perusahaan itu. Investasi awal perusahaan yang memakai fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (masa bebas pajak 3 uhun) ini meliputi Rp 2,6 milyar. Pabriknya sudah didirikan di tepi Jalan Raya Bekasi, dan mulai berproduksi Desember. Jika dikaitkan dengan usaha peningkatan gizi, menurut Rudy Hartono, industri susu itu mempunyai masa depan yang baik. Karena itulah tanpa ragu-ragu kampiun delapan kali All England itu menerima ajakan Sabana. "Dia tahu kalau saya juga bergerak dalam bidang persusuan," katanya lewat telepon. Rudy sendiri mempunyai peternakan sapi, "kecil-kecilan," tambahnya. Dafa yang punya kapasitas produksi sekitar 14,15 juta liter per tahun antara lain akan menghasilkan susu UHT 9 juta liter, joghurt 1 juta liter, dan susu pasteurized 4 juta liter. Di samping itu akan dihasilkan pula 150 ribu liter pasteuried cream -- single, dan double cream. Tapi dalam produksi percobaan mulai Desember itu kapasitas produksi terpasang hanya akan mencapai 40%. Susu UHT eks Dafa ini kemasannya juga sama dcngan susu UHT eks Ultra Jaya, dengan isi 250 cc, dan akan dijual sekitar Rp 200 per bungkus. Perbedaannya, susu UHT eks Dafa ini, kata Sabana, akan dibuat lebih manis terutama untuk jenis susu murni. Sedang jenis lainnya seperti mocca, cokelat, dan arbei, cita rasanya sama dengan susu UHT eks Ultra Jaya. Kendati demikian, menurut Sabana, lapisan pasaran Dafa akan dibedakan dengan Ultra Jaya. "Susu UHT produksi Dafa akan ditujukan pada golongan masyarakat menengah ke bawah," ujarnya. Tapi saat ini kami ingin memusatkan perhatian pada pasaran dalam negeri dulu." Sebagai sumber bahan baku, akan dipakai susu milik para pemegang saham. GKSI yang memegang saham 25% di perusahaan itu, misalnya, akan mensuplai susu segar 10 - 15 ribu liter per hari. Kendati koperasi susu ini mengaku mampu mensuplai berapa pun kebutuhan pabrik, tidak semua susu eks peternak boleh disalurkan ke Dafa. "Karena kami juga harus mempertimbangkan jumlah susu yang harus diserahkan kepada pabrik lain," kata Ketua GKSI Daman Danuwidjaya. PT Friesche Vlag Indonesia, Foremost, dan Indomilk, misalnya, juga harus disuplai GKSI. Guna menaikkan dan membakukan kadar SNF (Solid non Fat) dalam susu UHT, Dafa masih akan mengimpor susu bubuk 100 ton per tahun, jika kapasitas pabrik sudah berjalan penuh. Dafa, menurut Dirut Sabana, memang tak ingin memproduksi susu kental manis (SKM), yang pasarannya sudah dikuasai Foremost, FVI, Indomilk, dan Nestle. "Berat kalau harus bersaingan dengan mereka," ujarnya. Kelak, "Dafa juga akan mencoba menghasilkan jenis long life milk, susu yang diawetkan dengan pemanasan 105 derajat Celcius." Persaingan tiga merk susu UHT tampaknya akan meningkat awal tahun depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus