BANK Summa, yang semakin populer setelah menandatangani kerja sama dengan NU, kini menggarap proyek baru, yakni mengurus penjualan saham dari perusahaan yang hendak go public. Setelah menangani penjatahan saham Astra, Summa kini melayani calon investor yang ingin membeli saham PT H.M. Sampoerna. Untuk itu, mereka cukup mendatangi cabang Summa yang terdekat, menyerahkan daftar pesanan pembelian saham (DPPS), berikut uang tunai senilai saham yang dipesan. Untuk memperoleh 1.000 lembar saham Sampoerna, misalnya, calon investor cukup menyetor Rp 12,6 juta ke Bank Summa -- harga jual saham Sampoerna Rp 12.600 per unit. Investor lalu tinggal menunggu saat penjatahan yang sekitar satu bulan, terhitung hari penawaran pertama tanggal 2 Juli 1990. "Dengan cara ini, investor tak perlu lagi antre panjang," kata Supari Dh., Dirut PT Inter Pacific (IP), yang bertindak sebagai penjamin emisi. Selain itu, "Kami akan memberikan bunga delapan persen," kata Hermanto Gunawan, salah satu direktur Sampoerna. Artinya, jika seorang investor hanya mendapat jatah 100 lembar, padahal ia sudah menyetor uang senilai 1.000 lembar saham (Rp 12,6 juta), dia berhak memperoleh bunga 8% atas uang sisanya yang senilai 900 lembar saham (Rp 11.340.000). "Hitung-hitung, kelebihan uangnya sebagai simpanan dalam bentuk lain," kata Hermanto. Lantas, apa keuntungan yang diperoleh Bank Summa? O, pasti ada. Taruhlah, jumlah pemesan saham Sampoerna hanya dua kali lipat dari yang ditawarkan, atau sekitar 54 juta lembar. Maka, likuiditas yang bisa dimanfaatkan sementara oleh Bank Summa akan mencapai Rp 680 milyar lebih. Ya, lumayan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini