Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tanpa Tanda Tangan Sumitro

Kronologi peristiwa bank summa selama empat hari, sebelum dilikuidasi tanggal 14 desember 1992.

19 Desember 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesibukan tinggi mewarnai kegiatan di seputar keluarga William Soeryadjaya, Prajogo, dan 30 pengusaha serta pihak otoritas moneter. Di bawah ini adalah kronologi peristiwa selama empat hari, sebelum Bank Summa dilikuidasi. Jumat petang, 11 Desember 1992, Prajogo Pangestu, Anthony Salim, dan Liem Sioe Liong menghadap Presiden Soeharto di kediaman Jalan Cendana, Jakarta. Mereka melaporkan adanya kesepakatan antara William Soeryadjaya dan 30 pengusaha untuk menyelesaikan krisis Bank Summa. Jumat malam, usai pertemuan di Cendana, trio Prajogo, Anthony, dan Liem bertemu dengan Keluarga William Soeryadjaya. Mereka tuangkan kesepakatan itu dalam selembar dokumen berisi skema pendanaan dengan judul "Upaya Penyelamatan Bank Summa". Di bagian bawah dokumen yang bertanggal 11 Desember 1992, tertera sejumlah nama berikut tanda tangan: William Soeryadjaya, Edward Soeryadjaya, Edwin Soeryadjaya, Judith Soeryadjaya, Prajogo Pangestu, Anthony Salim, Liem Sioe Liong. Sedangkan nama Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, yang juga tertera di situ, belum ada tanda tangannya. Boleh jadi, karena Sumitro, yang menjabat presiden komisaris PT Astra International, memang tak hadir dalam pertemuan itu. Bahkan, menurut seorang pejabat, "Sumitro bukan saja tak hadir. Dia malah juga tak dilibatkan." Katanya, hal inilah yang membuat Pak Sumitro seakan-akan ditusuk dari belakang. Padahal, menurut dokumen "Perjanjian Penitipan dan Janji-Janji yang Bersifat Melindungi" -- yang disepakati pihak Keluarga Besar Soeryadjaya dan Sumitro di depan notaris Nyonya Rukmasanti Hardjasatya, 1 Agustus 1992 -- Sumitro mutlak dilibatkan dalam setiap keputusan yang menyangkut nasib saham-saham Astra yang dimiliki keluarga besar Soeryadjaya. Sabtu pagi, 12 Desember 1992, trio Prajogo, Anthony, dan Liem menghadap Menteri Keuangan Sumarlin sambil memperlihatkan dokumen "Upaya Penyelamatan Bank Summa" yang juga belum ditandatangani oleh Prof. Sumitro. Sabtu siang, setelah dari kantor Sumarlin, Prajogo dan Anthony -- kali ini tanpa Liem -- berangkat menemui Menteri Sekretaris Negara Moerdiono. Pertemuan berlangsung satu jam. Setelah itu kedua pengusaha langsung menuju kantor Gubernur BI Adrianus Mooy. Sebenarnya, menurut sumber TEMPO, pada Sabtu pukul 13.00, Departemen Keuangan sudah akan mencabut izin usaha PT Bank Summa. Tapi, dengan datangnya Prajogo, pencabutan izin usaha PT Bank Summa pada hari itu bisa dihindari. Sabtu pagi, Hashim Djojohadikusumo, yang juga berniat membantu mengatasi krisis Summa, dikabarkan berangkat ke Singapura. Daftar pertanyaan TEMPO yang dikirimkan melalui faksimile ke alamat Hashim telah diterima, tapi pengusaha muda ini rupanya tak sempat menjawab. Ia diperkirakan kembali ke Jakarta Ahad petang. Hanya tak jelas, apakah kepergian itu ada kaitannya dengan upaya menyelamatkan Bank Summa. Sabtu magrib, seorang pejabat memastikan kepada TEMPO bahwa upaya penyelamatan dari 30 pengusaha itulah, yang paling masuk di akal. Alasannya: tidak menggunakan dana dalam negeri dan grup 30 pengusaha ini secara finansial cukup kuat. Sementara itu, Minggu sampai Senin pagi, menurut sumber TEMPO, Sumitro terus dikejar untuk membubuhi tanda tangannya. Tapi Sumitro tak bisa dijumpai oleh Keluarga William ataupun Prajogo. Ketika deadline yang dijadwalkan pukul 11.00 Senin pekan ini terlewati, tanda tangan Prof. Sumitro tak kunjung bisa diperoleh. Senin siang pekan ini, pukul 11.30, Menteri Moerdiono menghadap Presiden Soeharto. Sedangkan pada saat yang hampir bersamaan, Menteri Sumarlin juga bertemu dengan Wakil Presiden Sudharmono. Kabarnya, kedua pertemuan itu membicarakan hal yang sama: nasib Bank Summa. Senin, selepas magrib, di gedung Bank Indonesia Jakarta, Gubernur BI Adrianus Mooy didampingi Menteri Sumarlin dan Menteri Moerdiono mengumumkan pencabutan izin usaha PT Bank Summa, di depan sekitar 50 wartawan dalam dan luar negeri. Linda Djalil

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus