APA kabar Bank Duta? Sesudah bisa mengatasi kerugian besar akibat perdagangan valuta asing yang dilakukan Dicky Iskandar Dinata (1990), bank itu lalu membenahi manajemen di bawah pimpinan Winarto Soemarto. Beberapa bulan silam Winarto ditunjuk sebagai Direktur Utama Bank BNI menggantikan Kukuh Basuki, dan posisi lowong yang ditinggalkannya tentu harus diisi. Pekan lalu Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham Bank Duta menjatuhkan pilihan pada Bambang Srijanto Salamoen, bankir senior dari Bank BNI juga. Kendati Bank Duta sudah pulih kondisinya, beban yang dipikul Bambang Salamoen tidak ringan. Ini bisa dilihat pada return on asset (ROA) Bank Duta per November 1992 yang masih rendah, yakni 0,90%. Kecuali itu masih ada kredit macet sebanyak Rp 77,6 miliar atau 3,1% dari total pinjaman yang disalurkannya. Belum lagi target mobilisasi dana masyarakat untuk tahun 1993 sebesar Rp 1,97 triliun, naik Rp 110 miliar dari mobilisasi dana tahun 1992. Bukan seorang berjiwa enterpreneur kalau tidak berani menghadapi tantangan, kata Bambang Salamoen optimistis. Pengalamannya sebagai bankir tentu akan sangat menunjang sukses kepemimpinannya di Bank Duta. Mulai bekerja sejak 1963 di Bank BNI, kariernya menanjak terus sehingga tahun 1986 ia menduduki posisi Pemimpin Divisi Karyawan dan Ketua Budaya Kerja BNI. Bambang Salamoen, 56 tahun, masuk ke Bank Duta sejak Oktober 1990 sebagai salah seorang direktur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini