Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI jagat bisnis, nama Tomy Winata kian ”berkibar”. Lelaki keturunan Taiwan kelahiran Pontianak pada 1958 ini bukan lagi yatim-piatu yang miskin. Gurita bisnisnya menjalar hingga ke Cina. Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Negeri Panda itu dua tahun lalu, ia berhasil mengantongi proyek kerja sama pengembangan kawasan industri Cina di Karawang, Jawa Barat. ”Tomy punya jaringan kuat di Guang Zhou,” kata Ketua Kadin M.S. Hidayat.
Ia membangun Bank Artha Graha dan Sudirman Central Business District (SCBD) dengan investasi US$ 3,25 miliar (sekitar Rp 30 triliun), yang semula digarapnya bersama Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat.
Kini pria yang kerap disapa TW ini kabarnya diminta membantu memuluskan hubungan bisnis Indonesia dan Cina.
Tatkala Wakil Presiden Jusuf Kalla berkunjung ke Chengdu, Provinsi Sichuan, Cina, pertengahan bulan lalu, ia pun menyusul ke sana. Bos Artha Graha Network ini diminta datang untuk menjelaskan proyek kerja samanya lewat PT Sumber Alam Sutera dengan Sichuan GuaHao Seed Industry (SGSI) dalam pembangunan pusat benih hibrida untuk mendongkrak produksi beras nasional.
Benarkah Tomy sedang merapat ke Istana? ”Nggak ada urusan,” katanya kepada Metta Dharmasaputra, R.R. Ariyani, dan Rafly Wibowo dari Tempo di Hotel Borobudur, Jakarta, miliknya, Kamis siang lalu, yang juga dihadiri wartawan Trust dan Indopos.
Apa bisnis inti Anda sekarang?
Masih di properti, termasuk SCBD. Kami juga masih sedikit jagain Bank Artha Graha. Kalau di beras hanya berawal dari hobi. Perikanan sedikit.
Konglomerat kini berspesialisasi. Anda?
Saya tidak merasa konglomerat. Artha Graha itu hanya kumpulan pengusaha, seperti paguyuban. Kalau susah, saling bantu. Tapi urusan dagang masing-masing.
Di bisnis media?
Orang banyak salah sangka. Saya tidak pernah langsung berbisnis media, cuma menyediakan bridging finance. Kalau you untung, pulangin I punya duit. Itu doang. Yang punya Erick Tohir.
Bisnis Anda selalu dikaitkan dengan militer....
Ini juga isu. Tanya pada tentara, terakhir saya berdagang mengandalkan dana anggaran tentara itu kapan. Tanya juga, pernah tidak saya memasok perlengkapan militer.
Bagaimana dengan yayasan Kartika Eka Paksi di Bank Artha Graha?
Itu kan didasari itikad baik. Dulu yayasan boleh bersepakat untuk bikin perusahaan patungan. Ini deal profesional. Kami pun sudah bukan pemilik mayoritas lagi.
Anda disebut-sebut dekat dengan lingkaran Istana. Misalnya pernah ikut rombongan SBY ke Cina....
Saya tidak pernah ikut rombongan Bapak SBY. Sewaktu beliau di sana, Kadin mengajak kami bicara tentang kegiatan kami di Cina.
Kabarnya, Anda diminta memuluskan hubungan bisnis Indonesia-Cina, karena dekat dengan Menteri Keuangan Cina?
Nggak ada. Saya punya banyak teman di sana. Tapi tidak pernah ditunjuk pemerintah. Kalau ada teman dari sipil atau pejabat Indonesia ke Cina, dan kebetulan saya bisa bantu, ya saya bantu.
Apa saja bisnis Anda dengan Cina?
Yang sudah jalan baru perikanan (PT Ting Sheen Bandasejahtera di Tual, Maluku Tenggara—Red) dan benih padi. Pertambangan masih dalam proses.
Bagaimana ceritanya hingga terjun ke urusan benih padi?
Kami sebagai pengusaha melihat Indonesia, meski negara agraris, bergantung pada beras impor. Proyek ini dimulai sejak 2003 dan sudah kami coba di 20 wilayah. Dengan bantuan teknologi Cina, sudah ada 4-5 jenis induk benih. Tapi sekarang paling baru bisa melayani 10 ribu hektare sawah.
Benarkah lewat urusan ini, Anda merapat ke JK?
Nggak ada urusan.
Tapi, kabarnya, Anda sampai menyusul Kalla ke Cina dengan pesawat pribadi?
Nggak. Waktu itu saya harus bawa contoh-contoh bibit. Baru last minute, kami diminta datang. Waktunya tinggal satu hari, padahal rombongan 35 orang. Karena itu, kami menyewa pesawat.
Bagaimana soal banyaknya tudingan miring kepada Anda?
Tolong dimengerti. Terbayang tidak, setiap hari gua mesti ngidupin 1 juta orang lebih. Kalau per orang 10 ribu perak saja sehari, berarti Rp 10 miliar. Nah, kalau saya keseleo sedikit, apa harus dibunuh? Terus, aspek saya ngasih makan 1 juta orang, nggak ada nilainya? Usia saya juga sudah 50 tahun. Siapa, sih, yang mau terlibat masalah hukum. Bodoh apa gua?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo