Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Virus Corona, Gapmmi: Momentum Ekspor Pangan Olahan ke Cina

Selama virus Corona mewabah, permintaan pangan olahan meningkat, stok pangan kemasan di Cina menipis karena pabrik-pabrik tutup.

29 Februari 2020 | 14.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Adhi Lukman. ANTARA/Wahyu Putro A

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia atau Gapmi Adhi S. Lukman mengatakan Indonesia memiliki peluang meningkatkan ekspor produk makanan dan minuman olahan ke Cina usai merebaknya wabah Virus Corona. Sebab, saat ini, pasokan bahan pangan kemasan di Negeri Tirai Bambu mulai menipis.

"Ada kabar kita bisa dapat peluang peningkatan ekspor karena di Cina pangan olahan diserbu. Pemerintah setempat mengimbau warganya tidak mengkonsumsi makanan segar, jadi produk olahan banyak dibeli," ujarnya saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk 'Mengukur Efek Corona: Siapkah Kita?' di Jakarta Pusat, Jumat, 29 Februari 2020.

Menurut Adhi, selain karena peningkatan permintaan pangan olahan, stok pangan kemasan di Cina menipis lantaran pabrik-pabrik belum sepenuhnya pulih beroperasi. Restoran-restoran pun banyak yang menutup kedainya.

Akibat kondisi ini, Adhi menyebut pihaknya telah memperoleh permintaan langsung dari kalangan pembeli di Negeri Tirai Bambu untuk segera mengirimkan produk makanan kemasan, seperti mi, dan minuman seperti aloe vera serta jus. Bahkan, beberapa pembeli meminta volume pengiriman dari Indonesia ditingkatkan.

Potensi peningkatan volume ekspor tersebut, kata dia, dapat menurunkan defisit neraca perdagangan untuk produk pangan olahan hingga 50 persen pada akhir tahun nanti. Ditilik dari data 2019, Adhi mencatat defisit neraca perdagangan untuk produk pangan olahan di Indonesia mencapai US$ 400 juta.

Defisit itu berasal dari realisasi impor yang lebih besar dari ekspor. Realisasi impor produk pangan olahan Indonesia pada 2019 menyentuh US$ 850 juta. Sedangkan realisasi ekspor untuk produk yang sama hanya US$ 450 juta.

Selain menambah kapasitas volume ekspor, Adhi memungkinkan ada produk-produk baru dari Indonesia yang akan dikirimkan ke Cina. Namun, proses pengirimannya membutuhkan waktu cukup lama sekitar 3 hingga 6 bulan. "Karena persyaratan ekspor produk baru untuk pangan olahan ke Cina itu banyak, termasuk izin dan segala macamnya," ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput untuk kanal ekonomi dan bisnis di Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus