Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Wacana Stasiun Kereta Cepat Whoosh Baru di Daerah Kopo Bandung, Guru Besar UI: Tidak Perlu

Guru besar transportasi Universitas Indonesia Sutanto Soehodho mengatakan Stasiun Kereta Cepat Whoosh di daerah Kopo tidak perlu dibangun, karena selain hanya menjadi paradoks dari kereta cepat, juga belum jelas nilai keekonomiannya

4 Desember 2023 | 09.15 WIB

Kereta Cepat Whoosh Jakarta-Bandung melewati Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Perbesar
Kereta Cepat Whoosh Jakarta-Bandung melewati Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar transportasi dari Universitas Indonesia Sutanto Soehodho menanggapi munculnya wacana penambahan stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh di daerah Kopo, Kota Bandung, Jawa Barat. Wacana tersebut muncul dalam diskusi bersama beberapa stakeholder terkait pada pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Stasiun Kopo tidak perlu dibangun, karena selain hanya menjadi paradoks dari kereta cepat, juga belum jelas nilai keekonomiannya,” ujar Sutanto saat dihubungi pada Ahad, 3 Desember 2023. “Harus dilakukan dengan perencanaan yang matang.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kereta Cepat Whoosh, kata Sutanto, sesungguhnya merupakan kereta cepat yang tidak berjarak cukup jauh. Berbeda dengan tujuan dibangunnya kereta cepat yang pada prinsipnya merupakan kereta antar kota berjarak jauh dan bukan sebaliknya. 

Dengan total panjang rel saat ini kurang dari 150 kilometer, PT Kereta Cepat Indonesia China (PT KCIC) sudah memiliki 4 stasiun. Jika ditambah dengan stasiun di Kopo, Sutanto berujar, itu artinya akan mengurangi ruang jelajah (cruising space). “Sehingga juga mengurangi kecepatan jelajah (cruising speed) yang tinggi sebagai keunggulan kereta cepat (highspeed),” ucap dia.

Karena, jika jumlah stasiun berlebih, maka kereta cepat itu kurang lebih akan menjadi kereta antar kota biasa seperti Kereta Api Argo Parahyangan). Alasannya tidak akan pernah mencapai kecepatan optimalnya. “Jadi penambahan stasiun di Kopo menjadi paradox of highspeed rail,” tutur Sutanto.

Wacana tersebut muncul dalam diskusi bersama PT KCIC, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI, serta perwakilan dari Kementerian Koordinasi Bidang Maritim dan Investasi, dan Kementerian Perhubungan. Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI Purnawirawan Moeldoko yang juga ikut dalam diskusi mengungkap wacana tersebut.

“Pilihan ini silakan ditangkap, tentunya wewenang ini ada di KCIC. Karena ini Kereta Cepat Jakarta-Bandung ya harusnya berhenti benar-benar di Bandung,” ujar Moeldoko lewat keterangan tertulis dikutip akhir pekan lalu.

Menurut dia, mengenai konektivitas upaya peningkatan perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kenyamanan penumpang Kereta Cepat Whoosh. Salah satunya ketersediaan kursi di kereta api feeder (pengumpan) saat sudah sampai di Padalarang. “Pentingkan kenyamanan penumpang, agar tidak berhenti hanya di stasiun Padalarang serta Tegalluar,” kata dia.

Moeldoko juga mengatakan bahwa pihaknya ters berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mengkaji kemungkinan penambahan stasiun itu. Jika pembangunan akan dilakukan tentu harus memperhatikan dampak terhadap masyarakat. “Silahkan dipersiapkan kajiannya,” ucap Moeldoko.

Sementara, Direktur Utama PT KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi alias Edo menjelaskan usulan pengembangan stasiun kereta cepat di daerah Kopo, sudah menjadi pertimbangan. Namun belum dapat dilaksanakan, karena terkait dengan keterbatasan pendanaan serta izin penggunaan lahan di daerah tersebut. 

“Terdapat lahan sekitar 30 hektar di Kopo dan itu memungkinkan (dibangun stasiun), tetapi KCIC belum ada dana untuk itu,” tutur Edo.

M. Khory Alfarizi

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus