Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Salah satu penyebab utamanya ialah kenaikan biaya pinjaman sejak akhir tahun lalu.
Perbankan menjaga NPL dengan meningkatkan kualitas kredit dan pencadangan.
Tingkat pencadangan NPL ditargetkan membaik ke posisi 301 persen.
JAKARTA – Tingkat rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) perbankan berpeluang naik hingga akhir tahun ini. Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, mengungkapkan bahwa sepanjang 2023 diprediksi terjadi tren peningkatan NPL di tengah upaya perbankan menyalurkan kredit secara masif.
“Tren kenaikan NPL ini cenderung tidak menyeluruh dan hanya terjadi pada sektor-sektor besar, seperti perdagangan dan pertanian,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Josua, salah satu penyebab utamanya diperkirakan akibat kenaikan biaya pinjaman atau borrowing cost yang memang sudah terjadi sejak akhir tahun lalu. Kenaikan biaya itu disebabkan oleh tren menanjak suku bunga global yang kemudian berdampak pada kenaikan suku bunga pinjaman sehingga membuat para pelaku usaha cukup kesulitan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sisi lain, kondisi makroekonomi, baik global maupun domestik, masih dibayangi ketidakpastian. Di sektor perdagangan, misalnya, kinerja ekspor dan impor tengah mengalami tekanan akibat pelemahan permintaan pasar global, memburuknya perekonomian Cina, dan tren inflasi tinggi di sejumlah negara maju yang masih terus berlanjut. Kondisi itu mendorong biaya pelaku usaha meningkat dan perbankan pun cenderung sudah mulai berhati-hati dalam menyalurkan kredit, seiring dengan risiko yang kian menguat.
Josua mengatakan, ke depan, sektor-sektor yang memiliki peningkatan risiko NPL diperkirakan adalah perkebunan dan pertambangan. Hal tersebut seiring dengan penurunan harga komoditas global serta perlambatan mitra dagang Indonesia. “Sektor konstruksi juga berpotensi melambat seiring dengan permasalahan sejumlah perusahaan di sektor tersebut yang dapat mempengaruhi kinerja industri secara keseluruhan.”
Petani menyiram tanaman sawi dan kangkung di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 1 Agustus 2023. TEMPO/Prima Mulia
NPL Perbankan Membaik
Merujuk pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada Juni 2023, tingkat NPL gross industri perbankan nasional berada di level 2,44 persen, membaik dari Mei 2023 yang sebesar 2,52 persen dan dibanding pada Juni 2022 sebesar 2,86 persen. Sedangkan tingkat NPL net perbankan berada di level 0,77 persen, cenderung stabil dari posisi pada Mei 2023 dan menurun dibanding pada Juni 2022 yang sebesar 0,8 persen.
Sejumlah perbankan nasional berupaya memastikan tingkat NPL tetap terjaga disertai dengan peningkatan kualitas kredit dan pencadangan. Contohnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang menargetkan tingkat NPL pada akhir 2023 dapat turun ke level 2,29 persen, dari posisi pada Mei 2023 yang sebesar 2,57 persen.
Sekretaris Perusahaan BNI, Okki Rushartomo, mengatakan tren pemulihan ekonomi diharapkan terus menguat sehingga berdampak pada perbaikan kualitas kredit dan kemampuan debitor dalam memenuhi kewajibannya. “Ekspansi yang kami lakukan berjalan beriringan dengan perbaikan kualitas kredit,” ucapnya.
Tingkat pencadangan NPL juga ditargetkan membaik ke posisi 301 persen pada pengujung tahun ini, dari posisi pada Mei 2023 sebesar 286,8 persen. Okki berujar, pemulihan ekonomi diharapkan dapat terus berlanjut dan membawa optimisme bagi pelaku usaha. “Kami akan terus mencari peluang untuk dapat memanfaatkan momentum ini guna meningkatkan capaian kinerja.”
Direktur Risk Management BNI, David Pirzada, mengimbuhkan, upaya perbaikan kualitas kredit yang ditempuh BNI, antara lain, adalah melakukan manajemen penyaluran berdasarkan faktor risiko setiap industri, membuat kriteria akseptasi risiko, dan memperkuat proses underwriting dengan melakukan pendalaman analisis kredit.
“Kami juga memperkuat rebalancing portofolio dan krisis portokol. Secara periodik juga melakukan stress test serta analisis sensitivitas terhadap peningkatan suku bunga, nilai tukar, dan harga komoditas,” ucapnya.
Enam Sektor Belum Pulih
Pelayanan perbankan di Bank BRI Cabang Fatmawati, Jakarta, 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Adapun berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap debitor BNI, sektor ekonomi yang dinilai patut diwaspadai karena belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi Covid-19 adalah penyediaan akomodasi, penyediaan makan dan minum, real estate, usaha persewaan, jasa perusahaan, serta angkutan udara.
Tak hanya kredit produktif, kredit konsumtif seperti segmen kredit pemilikan rumah (KPR) juga berpotensi mengalami kenaikan NPL pada tahun ini. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berfokus menjaga tingkat NPL agar tak terkerek naik. Pada semester I 2023, NPL KPR di BRI naik ke level 3,91 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu.
Sekretaris Perusahaan BRI, Agustya Hendy Bernadi, mengungkapkan bahwa NPL itu didominasi oleh KPR di segmen komersial. “Untuk mengantisipasinya, debitor yang mengalami kesulitan pembayaran akan kami tawarkan program restrukturisasi secara selektif,” katanya. Perseroan pun optimistis hingga akhir tahun ini NPL segmen KPR akan membaik. Untuk mencegah pemburukan kualitas kredit, ia menegaskan, BRI selalu menjaga kualitas portofolio kredit, dari proses akuisisi hingga melakukan evaluasi dan pemantauan secara berkala.
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo