RABU pekan lalu, banyak investor kecewa. Mereka mencari formulir pemesanan saham PT PDFCI (Private Development Finance Corporation of Indonesia), yang dikatakan hari itu mulai dijual. Ternyata, penawaran saham dari lembaga keuangan bukan bank (LKBB) ini diundurkan tanggal 16-18 April. Para penjamin yang dipimpin PT Interpac (Inter Pacific Finance Corporation) rupanya yakin, bahwa 5 juta lembar saham PDFCI, yang harganya Rp 8.750 per lembar itu, akan sangat laris. Maka, masa pasar perdana dibatasi tiga hari saja. Penampilan PDFCI memang meyakinkan. Manajemen perusahaan ini dipimpin Dirut Sudiarso (58 tahun), sarjana ekonomi lulusan Universitas Erasmus Rotterdam (1957). Ia pernah menjabat direktur dan gubernur pengganti Bank Indonesia pada periode 1968-1971. Selain itu, dalam neraca PDFCI enam tahun terakhir (1984-1989), tercermin bahwa perusahaan itu dikelola dengan sangat bagus. PDFCI meraih ROE (return on equity) rata-rata di atas 25%. Artinya, modal perusahaan setiap tahun bisa meraih laba lebih tinggi dari bunga deposito di bank. Padahal, perusahaan ini bergerak dalam pembiayaan proyek pembangunan jangka panjang. Sudiarso mengakui bahwa selama ini PDFCI bisa mendapatkan kredit dari lembaga pendanaan multilateral, seperti Bank Dunia, Asian Development Bank, dan Bank Indonesia. Selama ini Bank Indonesia (BI) memang merupakan pemilik saham mayoritas PDFCI -- sebesar 17,42% (sebelum go public 21,78%). Juga anak perusahaan Bank Dunia, yakni IFC (International Finance Corporation), mempunyai andil di situ sebesar 1,71% (tadinya 2,14%). Setelah PDFCI go public, masyarakat umum akan menguasai saham PDFCI sebanyak 20%. Pemegang saham yang lain di antaranya Asuransi Jiwa Bumiputera, Panin Bank, dan Tri Usaha Bhakti. "Ini memang perusahaan yang sangat bagus. Penetapan harganya juga masih lebih konservatif dibandingkan penetapan harga saham Ficorinvest," kata Presdir PT Interpac, Supari D. Yang dikhawatirkan para investor cuma satu, apakah Interpac masih akan menjatahkan di bawah 100 lembar untuk para pemesan 1 lot. Itu mirip "siksaan batin" bagi investor kecil. MW
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini