Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, menilai sistem pembayaran non tunai di gerbang tol menggunakan uang elektronik gagal memenuhi tujuan utamanya, yakni menghemat waktu transaksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pernyataan pengelola jalan tol bahwa otomatisasi bisa menghemat waktu transaksi di gardu tol 90 persen hingga 100 persen secara kasat mata tidak terbukti," kata Tulus saat dihubungi di Jakarta, Kamis, 2 November 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tulus mengatakan setelah sistem pembayaran non tunai di gardu tol diberlakukan masih terlihat antrean pembayaran yang panjang seperti sebelum pemberlakuan otomatisasi. Itu artinya, otomatisasi yang dimaksudkan untuk memangkas antrean kendaraan telah gagal.
Apalagi, Tulus menilai banyak permasalahan yang terjadi dalam penerapan otomatisasi di jalan tol, misalnya alat pembaca kartu uang elektronik yang lambat membaca, bahkan macet karena gagal membaca.
"Belum lagi masih banyak pengguna jalan tol yang belum terbiasa menggunakan uang elektronik sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk menempel di mesin pembaca kartu," tuturnya.
Karena itu, Tulus menilai penerapan otomatisasi di jalan tol dengan transaksi menggunakan uang elektronik tidak berdampak apa-apa bagi penguna jalan tol. "Secara kasat mata, menggunakan uang elektronik atau membayar tol secara manual waktu transaksi yang diperlukan di gardu tol sama saja," katanya.
Penggunaan uang elektronik untuk sistem pembayaran non tunai di gardu tol telah diberlakukan serentak di ruas-ruas jalan tol sejak Senin, 31 Oktober 2017 lalu.
ANTARA