DUA bangku yang disediakan di depan loket pengiriman wesel di
Kantor Pos Surabaya penuh sesak. Sementara yang antre berdiri
juga berdesak-desak menyerahkan uang setelah mendapat panggilan.
Mereka membentuk dua barisan. Dua petugas di belakang loket
seperti kewalahan memegang tumpukan wesel. "Suasana begini sudah
biasa, memang begini kalau menjelang Lebaran," kata seorang
petugas.
Di Kantor Pos dan Giro Besar I Jakarta Pusat, suasana lebih
tertib. Di sini ada 3 loket, dua di antaranya menggunakan mesin
semi komputer, Olivetti model A4. Pelayanan pengiriman wesel
bahkan dibuka sampai pukul 8 malam. Karena itu antrean tidak
panjang.
Di kota-kota besar lainnya, loket pengiriman wesel pos juga
diserbu pengunjung menjelang Lebaran ini. Di Kantor Pos Medan,
lonjakan pengiriman wesel rata-rata naik 20 persen menjelang
Idul Fitri ini. "Itu berdasarkan penelitian yang dilakukan 10
hari sebelum Lebaran," kata Muhamad Ridwan, hubungan masyarakat
Daerah Pos dan Giro VI Wilayah Sum-Ut/Aceh. Tahun 1982, 10 hari
sebelum Lebaran dari Medan dikirim wesel sebanyak 5.628 buah
dengan nilai Rp 227 juta. Kota terbanyak yang dituju adalah
Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. "Di tiga kota itu banyak anak
sekolah yang berasal dari sini," ujar Ridwan. Tidak ada
perbandingan untuk tahun sebelumnya.
Dari Surabaya dalam tahun 1982 dikirim wesel bernilai Rp 4.727
juta. Dari jumlah itu sebanyak 8.973 wesel senilai Rp 237,5 juta
dikirim 10 hari menjelang Lebaran. Dibandingkan 10 hari
menjelang Lebaran tahun 1981, besar uang yang dikirim lebih
banyak tahun 1982. Tapi jumlah wesel lebih banyak 1981, yakni
9777 lembar.
Wakil Kepala Kantor Pos Besar Surabaya, Saksono Hadibroto
memperkirakan lonjakan pengiriman wesel menjelang Lebaran tahun
ini 15 persen. "Tanda-tandanya sudah ada. Kami cukup
berpengalaman dalam membaca arus," katanya.
Dari Jakarta, pengiriman uang lewat wesel justru turun dari
tahun ke tahun, untuk 10 hari menjelang Lebaran. Tahun 1981
tercatat 9.762 wesel bernilai Rp 814 juta. Tahun 1982 menurun
jadi 25.279 wesel bernilai Rp 756 juta. Walau begitu jika
dihitung setahun penuh, pengiriman wesel ada kenaikan setiap
tahun.
"Masyarakat masih tetap mempercayai kantor pos untuk pengiriman
uang," kata A. Hamid Jusuf, wakil kepala Kantor Pos dan Giro
BesarJakarta. Adapun menurunnya kiriman dalam 10 hari menjelang
Lebaran, "setiap orang akan memikirkan kebutuhan rumah tangganya
dulu, baru mengirimkan sanak saudaranya," katanya. Lagi pula,
Lebaran sekarang ini sudah didahului libur panjang, sehingga
jarang orangtua mengirimkan wesel pada anaknya.
Jika di Kota Medan, Jakarta, dan Surabaya, kantor pos lebih
banyak menerima pengiriman wesel, di Kota Yogyakarta terjadi
sebaliknya. Menurut Kepala Kantor Pos Besar Yogyakarta, Wilmar
Lumban Tobing, perbandingan pengiriman dengan pembayaran 1:9.
Tahun 1982 pengiriman wesel lewat Yogya tercatat Rp 1,8 milyar
sedang wesel yang dibayar Rp 16,8 milyar.
Pembayaran wesel itu meningkat terus dari tahun ke tahun. Tahun
1981, pembayarannya hanya Rp 12 milyar. Sedang tahun 1983 sampai
bulan Juni, kantor pos Yogya sudah membayar wesel bernilai Rp
8,2 milyar. "Angka ini tidak termasuk catatan di Kantor Pos
Wonosari yang sudah berdiri sendiri," ujar Tobing.
Karena besarnya penerima wesel di kota pelajar ini, pembayaran
dilakukan di 10 kantor pos tambahan, dan 31 kantor pos pembantu
di seluruh Yogyakarta. Tidak ada data dari mana saja asal wesel
itu, namun Tobing memperkirakan, lebih banyak datang dari arah
Jakarta dan Jawa Barat.
Lalu lintas pengiriman wesel yang timpang antara penerimaan dan
pembayaran itu ternyata tak berpengaruh pada stok uang di
masing-masing kantor pos. Setiap kantor pos punya cadangan dana
yang sudah jauh mencukupi. Tobing menunjuk contoh Kantor Pos
Yogya yang rata-rata setiap bulan membayar Rp 1,5 milyar.
"Setiap hari harus tersedia dana Rp 50 juta," katanya. Jika dana
itu dirasakan kurang, tambahan bisa diminta dari Bandung dan
uang dikirim lewat bank. "Uang yang diterima masing-masing
kantor pos tidak perlu dikirim ke kantor pos lainnya. Yang
dikirim kartu weselnya saja," kata Tobing.
Pemalsuan wesel belum pernah terdengar. Bahkan kantor pos yang
membayar wesel tak perlu mengontak kantor pos asal wesel. Ada
kode-kodenya. "Kode di kartu wesel sudah lebih dari cukup untuk
menghindari penipuan atau pemalsuan," kata Saksono dari Kantor
Pos Surabaya. Karena prosedur pembayarannya yang mudah dan
kiriman diterima aman, kantor pos masih tetap dipercayai
masyarakat. Apalagi biayanya murah. Per seribu rupiah kena tarif
Rp 25, sedang untuk pengiriman kilat ditambah biaya Rp 165.
"Setiap bulan saya terima wesel Rp 35.000. Tak pernah menemui
kesulitan. Kalau ramai paling antre sepuluh menit," kata Hinson
Simamora, seorang mahasiswa di Yogya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini