MENJELANG Lebaran ini, bawang putih tiba-tiba melonjak harganya.
Bahkan di pasaran, bawang impor eks RRC menghilang. Yang ada eks
Taiwan yang lebih kurus. Itu pun harganya sudah Rp 9.000 per
kilogram. Dua bulan lalu masih sekitar Rp 3.500 per kg. "Ini
akibat importir diberi hak monopoli impor, " seorang grosir di
Kramat Jati menuding.
Para grosir dan pengecer bawang putih impor sudah gelisah sejak
Mei lalu. Jatah mereka dikurangi oleh importir. Sementara ibu
rymah tangga di kota besar seperti Jakarta, tak doyan bawang
putih lokal. Bahkan karena derasnya impor bawang ini tahun lalu,
petani di Bali, NTB, Jawa Timur, dan Sumatera Utara terpukul.
Produksi lokal yang mencapai sekitar 18.000 ton setahun sulit
dipasarkan. Umumnya bawang lokal ini dinilai "pedasnya lain
dengan bawang putih impor."
Departemen Perdagangan mulai menertibkan impor bawang putih
Agustus tahun kemarin. Waktu itu, Menteri Perdagangan dan
Koperasi, Radius Prawiro, menunjuk tiga importir untuk menjamin
pengadaan bawang puth di dalam negeri. Ketiga importir yang
dinilai bonafide ini adalah PT Cempaka Putih, PT Sinar Laris,
dan PT Sarana Hidup Sejahtera, semuanya di Jakarta. Ketiganya
diberi jatah sekitar 13.000 ton setahun. "Kebutuhan bawang putih
di dalam negeri 20.000 ton setahun. Yang 7.000 ton diharapkan
akan dipenuhi bawang putih lokal," kata Syukri Alimudin, kepala
hubungan masyarakat Departemen Perdagangan.
Ternyata sejak adanya monopoli tiga importir itu pengadaan bahan
bumbu ini jadi seret. Menurut data yang diperoleh TEMPO, sampai
Mei lalu baru 1.500 ton bawang putih yang masuk Indonesia.
Terbanyak dimasukkan PT Cempaka Putih.
Belum jelas apa kesulitan memasukkan bawang putih itu. Dari PT
Cempaka Putih ada alasan. "Bawang putih di luar negeri sulit,
karena panen gagal di RRC dan Taiwan," kata Handoko Winarta,
direktur perusahaan ini. "Sudah kami laporkan ke Departemen
Perdagangan."
Jumat pekan lalu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, T.B.
Suhaidi memanggil pimpinan ketiga importir, pemegang Jatah
bawang putih itu. Menurut T.B. Suhaidi, kini "sedang diatur
rencana agar secara bertahap importir bisa menjadi penjual
bawang putih lokal." Impor bawang dengan begitu akan dikurangi,
sementara petani digairahkan lagi menanamnya. "Rencana kami tak
terlalu ambisius, mudah-mudahan akhir Pelita IV kita sudah bisa
swasembada bawang putih," kata Suhaidi.
Dengan begitu, langkanya bawang putih impor dan melonjaknya
harga itu menJelang Lebaran, agaknya "diatur" Departemen
Perdagangan, dan Pertanian, untuk menghemat devisa negara.
"Tidak makan bawang putih kan tidak mati, jadi buat apa
rame-rame," kata Syukri tenang. O, begitu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini