Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Lokal sajalah

Harga bawang putih melonjak. akibat importir diberi hak monopoli impor oleh pemerintah. (eb)

9 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENJELANG Lebaran ini, bawang putih tiba-tiba melonjak harganya. Bahkan di pasaran, bawang impor eks RRC menghilang. Yang ada eks Taiwan yang lebih kurus. Itu pun harganya sudah Rp 9.000 per kilogram. Dua bulan lalu masih sekitar Rp 3.500 per kg. "Ini akibat importir diberi hak monopoli impor, " seorang grosir di Kramat Jati menuding. Para grosir dan pengecer bawang putih impor sudah gelisah sejak Mei lalu. Jatah mereka dikurangi oleh importir. Sementara ibu rymah tangga di kota besar seperti Jakarta, tak doyan bawang putih lokal. Bahkan karena derasnya impor bawang ini tahun lalu, petani di Bali, NTB, Jawa Timur, dan Sumatera Utara terpukul. Produksi lokal yang mencapai sekitar 18.000 ton setahun sulit dipasarkan. Umumnya bawang lokal ini dinilai "pedasnya lain dengan bawang putih impor." Departemen Perdagangan mulai menertibkan impor bawang putih Agustus tahun kemarin. Waktu itu, Menteri Perdagangan dan Koperasi, Radius Prawiro, menunjuk tiga importir untuk menjamin pengadaan bawang puth di dalam negeri. Ketiga importir yang dinilai bonafide ini adalah PT Cempaka Putih, PT Sinar Laris, dan PT Sarana Hidup Sejahtera, semuanya di Jakarta. Ketiganya diberi jatah sekitar 13.000 ton setahun. "Kebutuhan bawang putih di dalam negeri 20.000 ton setahun. Yang 7.000 ton diharapkan akan dipenuhi bawang putih lokal," kata Syukri Alimudin, kepala hubungan masyarakat Departemen Perdagangan. Ternyata sejak adanya monopoli tiga importir itu pengadaan bahan bumbu ini jadi seret. Menurut data yang diperoleh TEMPO, sampai Mei lalu baru 1.500 ton bawang putih yang masuk Indonesia. Terbanyak dimasukkan PT Cempaka Putih. Belum jelas apa kesulitan memasukkan bawang putih itu. Dari PT Cempaka Putih ada alasan. "Bawang putih di luar negeri sulit, karena panen gagal di RRC dan Taiwan," kata Handoko Winarta, direktur perusahaan ini. "Sudah kami laporkan ke Departemen Perdagangan." Jumat pekan lalu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, T.B. Suhaidi memanggil pimpinan ketiga importir, pemegang Jatah bawang putih itu. Menurut T.B. Suhaidi, kini "sedang diatur rencana agar secara bertahap importir bisa menjadi penjual bawang putih lokal." Impor bawang dengan begitu akan dikurangi, sementara petani digairahkan lagi menanamnya. "Rencana kami tak terlalu ambisius, mudah-mudahan akhir Pelita IV kita sudah bisa swasembada bawang putih," kata Suhaidi. Dengan begitu, langkanya bawang putih impor dan melonjaknya harga itu menJelang Lebaran, agaknya "diatur" Departemen Perdagangan, dan Pertanian, untuk menghemat devisa negara. "Tidak makan bawang putih kan tidak mati, jadi buat apa rame-rame," kata Syukri tenang. O, begitu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus