Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Skrining kesehatan merupakan serangkaian tes yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi penyakit atau kondisi medis dalam tubuh seseorang, bahkan sebelum gejala muncul. Proses ini melibatkan konsultasi medis, pemeriksaan fisik, serta berbagai tes laboratorium, pencitraan radiologi, dan diagnostik lainnya.
Banyak penyakit berkembang tanpa menunjukkan gejala pada tahap awal. Karena itu, skrining kesehatan menjadi langkah preventif yang sangat penting untuk mendeteksi kondisi medis sejak dini.
Penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi sering disebut sebagai "pembunuh senyap" karena dapat berkembang tanpa tanda-tanda yang jelas. Hal yang sama berlaku untuk kanker payudara, kanker serviks, dan kanker usus besar, yang sering kali tidak menunjukkan gejala awal.
Dengan deteksi dini melalui skrining, langkah intervensi dapat dilakukan lebih awal untuk mencegah perkembangan penyakit menjadi lebih parah.
Jenis-jenis Skrining Kesehatan
Dilansir dari Advocate Health Care dan Parkway Shenton, skrining kesehatan dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan cakupan dan tujuannya, mulai dari pemeriksaan dasar hingga pemeriksaan spesifik untuk kondisi tertentu.
1. Skrining Kesehatan Dasar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko utama seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk dimulai sejak usia 18 tahun untuk indeks massa tubuh (BMI), lingkar pinggang, dan tekanan darah. Sedangkan pemeriksaan kadar gula darah dan kolesterol dianjurkan sejak usia 40 tahun atau lebih awal jika ada riwayat keluarga dengan penyakit serupa.
Skrining dasar biasanya mencakup:
- Pemeriksaan fisik oleh dokter.
- Pengukuran tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh (BMI), serta pemeriksaan mata dan penglihatan warna.
- Tes darah untuk mengevaluasi kadar gula, kolesterol, fungsi ginjal, dan fungsi hati.
- Tes urin untuk mendeteksi infeksi, kadar gula, serta tanda-tanda awal gangguan ginjal.
- Rontgen dada atau elektrokardiogram (EKG) sebagai opsi tambahan untuk mendeteksi kelainan paru-paru atau penyakit jantung.
2. Skrining Kesehatan Komprehensif
Jenis skrining ini menawarkan pemeriksaan lebih mendalam yang disesuaikan dengan faktor risiko individu seperti riwayat kesehatan keluarga, kebiasaan hidup, serta kondisi medis tertentu.
Beberapa pemeriksaan tambahan dalam skrining komprehensif meliputi:
- Pemeriksaan kadar hormon tiroid.
- Tes penanda tumor untuk mendeteksi kemungkinan kanker.
- Pemeriksaan penyakit menular seksual.
- Skrining hepatitis A dan B.
- Tes golongan darah.
- Ultrasonografi (USG) abdomen dan panggul untuk mendeteksi gangguan pada hati, kandung empedu, ginjal, rahim, dan ovarium.
- Pemeriksaan tinja untuk mendeteksi keberadaan darah yang dapat menjadi indikasi wasir atau kanker usus besar.
Durasi skrining komprehensif bervariasi tergantung jumlah tes yang dilakukan, mulai dari satu jam hingga seharian penuh.
3. Skrining Kesehatan Khusus
Skrining ini berfokus pada deteksi dini penyakit tertentu, terutama kanker. Beberapa jenis skrining kanker meliputi:
- Kanker usus besar: Kolonoskopi untuk mendeteksi polip atau perubahan jaringan yang berpotensi menjadi kanker.
- Kanker paru-paru: CT scan dosis rendah bagi individu berusia 55-77 tahun yang memiliki riwayat merokok.
- Kanker payudara: Mamografi rutin untuk wanita berusia 50 tahun ke atas.
- Kanker serviks: Pap smear atau tes HPV DNA untuk wanita berusia 25 tahun ke atas.
- Kanker prostat: Tes antigen spesifik prostat (PSA) untuk pria berusia 50-69 tahun.
- Kanker kulit: Pemeriksaan tahunan oleh dokter untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker kulit.
Pilihan Editor: 7 Skrining Kesehatan yang Baik Dilakukan Bagi Wanita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini