Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Susu menjadi asupan gizi yang baik untuk mendukung gaya hidup sehat dan aktif. Sayangnya, dengan banyaknya mitos yang beredar, tak sedikit masyarakat yang berhenti mengkonsumsi susu.
Baca juga: Selain dari Kedelai, Ini Alternatif Susu untuk Penderita Alergi
Dokter spesialis gizi klinis, Diana F. Suganda, mengatakan ada empat mitos yang paling terkenal tentang susu, beserta dengan fakta yang sebenarnya. Hal itu ia ungkapkan dalam acara Kupas Tuntas Kebaikan Susu untuk Tunjang Kesehatan Tubuh di Jakarta, Rabu, 15 Mei 2019. Apa saja mitos yang banyak beredar?
Mitos: Susu hanya baik untuk anak-anak
Fakta: Susu tak hanya baik untuk anak-anak, melainkan juga penting bagi orang dewasa dan lansia. Sebab, kandungan kalsium pada susu sangat penting untuk menguatkan tulang dan gigi yang semakin rapuh dengan pertambahan usia.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2014 juga mengatakan bahwa kandungan nutrisi yang dimiliki susu sangatlah beragam. Sehingga, pada responden dewasa, dapat disimpulkan jika konsumsi susu digantikan dengan makanan yang jumlah kalsiumnya sama (contohnya sayuran hijau dan kacang kedelai), maka asupannya gizinya justru akan berkurang dan tidak sempurna.
Mitos: Susu hanya baik untuk kesehatan tulang
Fakta: Selain baik untuk tulang, susu juga dapat memberikan pengaruh baik pada kesehatan seseorang. Journal of The American College of Nutrition pada tahun 2009 mengatakan bahwa asupan diary food, termasuk susu, yang disertai dengan diet rendah garam akan sangat berguna bagi pasien hipertensi. Sebab, keduanya akan bersinergi untuk menurunkan tekanan darah.
Jurnal yang sama di 2011 juga mengungkapkan bahwa diet tinggi produk susu atau hanya mengkonsumsi nutrisi dari susu saja, dapat memperpanjang usia pasien kanker kololektar. Selain itu, pada 2015, jurnal yang sama mengatakan bahwa lansia yang rutin mengkonsumsi susu dipercaya dapat melindungi otak dari radikal bebas yg bisa merusak jaringan dan fungsi otak.
Mitos: Susu menyebabkan berat badan naik
Fakta: Ini mungkin menjadi mitos terbesar di kalangan orang dewasa. Padahal sebenarnya, susu tidak menyebabkan kegemukan atau ukuran berat badan yang meningkat. Bahkan, International Journal of Obesity pada 2004 mengatakan bahwa susu justru dapat menurunkan berat badan para pasien obesitas.
Lalu, apa penyebab kegemukan itu sendiri? Diana mengatakan bahwa konsumsi nutrisi yang berlebihanlah penyebab utamanya. Sebagai contoh, kalori yang dibutuhkan tubuh setiap harinya adalah 2.000 untuk wanita dan 2.500 untuk pria. Sedangkan segelas susu hanya mengandung 122 kalori. Jadi, apabila seseorang sudah minum susu dan mengkonsumsi banyak makanan dengan kalori, tentu berat badan akan naik.
Mitos: Susu membuat seseorang diare
Fakta: Penelitian yang dilakukan kepada kumpulan jurnal susu dan diare menemukan bahwa tidak ada korelasi antara laktosa (kandungan pada susu yang sering disebut masyarakat sebagai penyebab diare) dengan masalah pada saluran pencernaan.
Baca: Pentingnya Susu dan Nutrisi Seimbang untuk Peningkatan Gizi Anak
Sehingga, para peneliti pun menyimpulkan bahwa diare memang sepenuhnya disebabkan oleh obat-obatan antibiotik, infeksi bakteri, virus, dan intoleransi makanan. Jadi, Diana menegaskan bahwa susu tidak menyebabkan diare, namun mungkin konsumsi sebelumnya lah yang memicu diare itu sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini