Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
URUSAN pekerjaan membuat Decky Kristanto sering mumet. Tenggat dan serangkaian rapat membuatnya sibuk. Kepala Bagian Daya Tumbuh Komunitas dan Sahabat Daya Bank BTPN itu sampai tak punya waktu untuk menjalankan hobinya, termasuk berolahraga. “Dulu saya lari, aikido, renang. Tapi berhenti total karena kesibukan kerja,” kata pria 41 tahun itu pada Rabu, 17 Juli lalu.
Akhir Desember 2017, dokter mendiagnosis Decky menderita penyakit asam lambung alias gastroesophageal reflux disease. Penyakit ini membuatnya sering gelisah dan lebih cepat lelah. Jantungnya pun kerap berdebar kencang. Baru bekerja beberapa jam, ia kadang sudah ingin pulang lantaran merasa tak nyaman.
Di luar penyakit itu, kadar kolesterolnya tinggi, tekanan darahnya di atas normal, asam uratnya melebihi batas, dan ia sering mengalami stres. Dari pelacak kondisi tubuh yang terinstal di telepon selulernya, tingkat stresnya berada di level tertinggi. Termasuk ketika ia mengukurnya saat ba-ngun tidur, penanda mentok di ujung kanan. “Mungkin karena saya orangnya terlalu mikir,” ujarnya.
Semuanya berubah ketika alat olahraga yang bisa digunakan sambil bekerja tiba di kantor Decky tiga bulan lalu. Alat itu kecil sehingga bisa ditaruh di bawah meja. Cara pakainya pun sederhana, tinggal dikayuh dengan posisi duduk yang benar. Ia menjajal alat bernama Kinesia itu pada pagi dan siang hari, masing-masing selama 15 menit. Ia merasakan langsung manfaatnya setelah sepekan mencobanya. Debar jantungnya berkurang, tingkat stres yang tadinya di puncak pun turun ke tengah.
Perbaikan ini memacu Decky mengubah gaya hidupnya. Ia memutuskan berjalan kaki dari kantornya di kawasan Mega Kuningan ke Stasiun Tebet—hampir sejauh 5 kilometer—tiap pulang kerja. Ia juga kembali berolahraga tiga kali sepekan dan tetap menggowes Kinesia di kantor. Ia pun mengganti menu makanannya menjadi menu yang lebih sehat.
Kini penyakit asam lambungnya jarang kambuh. Kolesterol, asam urat, dan tekanan darahnya menjadi normal. Tingkat stresnya jauh menurun. “Fokus saya kembali, kerja juga jadi tahan lama,” katanya.
Kinesia diciptakan dokter spesialis kedokteran olahraga Listya Tresnanti Mirtha. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas -Indonesia ini menciptakan alat tersebut sekaligus menguji efektivitasnya terhadap peningkatan kebugaran untuk keperluan disertasinya. Ia meraih gelar doktor atas penelitiannya ini pada 1 Juli lalu.
Menurut Tata—panggilan Listya—jika Kinesia digunakan setiap hari pada pagi dan sore masing-masing selama 15 menit, tingkat kebugaran akan naik setelah pemakaian minimal sepuluh pekan. Pengguna tinggal mengayuh alat ini sambil selonjoran, seperti menggowes sepeda air. Saat mengayuh, posisi tubuh tak boleh bersandar dan harus ergonomis. Kayuhannya memanjang dan memendek. Ini dapat membuat otot-otot besar bergerak. Gerakan otot besar inilah yang berefek pada jantung dan membuat bugar.
Terdapat setelan beban yang akan disesuaikan oleh petugas kesehatan yang memantau. Tata membuat alat ini lantaran prihatin terhadap pekerja kantoran yang lebih banyak duduk saat bekerja. Data Riset Kesehatan Dasar 2010 dan 2013 mencatat dua dari lima penduduk Jakarta tak aktif bergerak selama 3-5,9 jam per hari. Padahal gaya hidup aktif bisa mengurangi 6-10 persen risiko menderita penyakit tak menular, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, stroke, hipertensi, dan kanker. Penyakit tak menular ini mendominasi penyebab kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Selain menjaga kesehatan, gaya hidup aktif dengan berolahraga meningkatkan kebugaran. Namun, dari banyak pemeriksaan yang ia lakukan, tak banyak pekerja kantoran bertubuh sehat dan segar. “Kebanyakan tingkat kebugarannya jelek,” kata Tata.
Kebugaran adalah kesanggupan tubuh melakukan berbagai aktivitas dengan baik tanpa mengalami kelelahan berarti. Setelah melakukan aktivitas sehari-hari pun tubuh masih memiliki cadangan tenaga untuk kegiatan lain. “Levelnya lebih tinggi dibanding sehat,” tutur dokter spesialis kedokteran olahraga, Irfanuddin.
Seseorang disebut bugar kalau bisa menyelesaikan pekerjaan sehari-hari tanpa merasa kelelahan. Lalu ia masih dapat berkegiatan pada waktu luang, seperti berolahraga atau menonton film, tanpa kelelahan berlebih. Bila ada sesuatu yang perlu ditangani mendadak, seperti atap rumah bocor atau mengantar anak ke klinik, ia bisa melakukannya tanpa kecapaian. “Tiga kegiatan itu bisa dilakukan dalam sehari tanpa lelah, bangun tidur juga segar,” ucap dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tersebut. Kelelahan, kata dia, adalah pertanda tubuh tak bugar.
Irfanuddin juga menemukan banyak pekerja yang tak bugar. Ia meneliti tingkat kebugaran pekerja kantoran di Sulawesi Selatan pada 2008. Hasilnya, hanya sekitar 5 persen pekerja yang masuk kategori fit.
Padahal tubuh yang fit punya banyak faedah. Tingkat kebugaran berbanding lurus dengan produktivitas kerja. Badan dengan gampang melakukan aktivitas harian tanpa kelelahan. Kemampuan berpikir dan konsentrasi pun lebih bagus. “Lebih kreatif dalam bekerja, lebih efisien, dan kemampuan kognitif eksekutifnya lebih baik,” kata dokter spesialis kedokteran dan okupasi Muchtaruddin Mansyur.
Lantaran menyadari pentingnya kebugaran karyawan, banyak perusahaan menyediakan fasilitas olahraga, dari tempat berlatih kebugaran hingga prog-ram olahraga mingguan seperti yoga atau Zumba. “Namun lagi-lagi, karena kesibukan, sarana tersebut akhirnya menganggur,” tutur Tata.
Tata berupaya menjawab masalah ini dengan mengembangkan Kinesia. Karena ukurannya yang kecil, Kinesia dapat digunakan sebagai alat pijak kaki untuk membantu posisi duduk agar ergo-nomis. Alat ini juga bisa dipakai berolahraga sembari bekerja. Seperti yang dilakukan Oky Setiarso, 41 tahun. “Sambil mengayuh sambil cek e-mail di ponsel,” ujar manajer senior di BTPN ini.
Kinesia dirancang bisa menambah curah jantung sehingga metabolisme tubuh meningkat. Perangkat ini juga dapat dipakai untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi dengan menilai -VO2max, yakni volume maksimal oksigen yang diproses tubuh saat melakukan kegiatan intensif. Nilai VO2max adalah salah satu tolok ukur yang paling sering dipakai untuk mengetahui tingkat kebugaran.
Tapi, kata Muchtaruddin, Kinesia hanyalah alat untuk membantu pekerja menjadi bugar. Yang terpenting adalah perubahan pola pikir dan gaya hidup agar tetap sehat. Misalnya memanfaatkan tiap kesempatan untuk bergerak. “Kalau naik ke lantai atas atau mau turun, bisa pakai tangga,” ucapnya.
Menurut Irfanuddin, penting bagi perusahaan memiliki kebijakan khusus untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran karyawan. Selain pekerja menjadi lebih produktif, beban keuangan untuk mengatasi masalah kesehatan akan berkurang. “Harus ada sistem monitoring agar karyawan tetap sehat dan bugar,” tuturnya.
NUR ALFIYAH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo