Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosok

Tak Leluasa Berteriak

AKTRIS Elvira Devinamira Wirayanti menggilai Cristiano Ronaldo.

20 Juli 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Elvira Devinamira. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Demi menonton jagoannya ini berlaga, ia terbang ke Amsterdam saat Juventus, klub yang dibela Ronaldo, melawan Ajax pada April lalu. “Sengaja sendirian ke sana buat nonton,” katanya di kantor Tempo, Selasa, 16 Juli lalu.

Elvira, 26 tahun, menyaksikan pertandingan leg pertama perempat final Liga Champions UEFA itu di bangku barisan depan. Ia bisa melihat langsung saat Ronaldo berjalan dari ruang ganti menuju lapangan. Puteri Indonesia 2014 ini mengabadikan momen tersebut di Instagram Story-nya.

Karena menonton laga tersebut di kandang Ajax, Elvira merasa tidak leluasa mengekspresikan kegirangannya melihat idolanya itu. Saat Ronaldo menjebol gawang Ajax pada pengujung babak pertama, Elvira hanya bisa menganga dan mengunggahnya di Instastory. “Aku cuma bisa teriak dalam keheningan,” ujar pemeran utama dalam film Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi tersebut.

Saat gawang Juventus kebobolan pada awal babak kedua, ia tetap ikut berdiri dan memberikan tepuk tangan, meski merasa kesal. “Harus ikut berdiri karena di kiri-kanan saya semua penggemar Ajax,” katanya. Pertandingan tersebut ditutup dengan skor imbang 1-1.

Elvira sebenarnya ingin menyaksikan pertandingan leg kedua di kandang Juventus pada pekan berikutnya, tapi batal. Ia tak begitu kecewa karena dalam pertandingan tersebut Juventus kalah oleh Ajax 1-2 dan gagal lolos ke semifinal. “Ya udah deh, enggak nyesel.”


 

Jefri Nichol. TEMPO/Nurdiansah

 

Kuda-kuda Kidal

JEFRI Nichol bertransformasi. Rambutnya jadi kribo, kulit mulusnya melegam, dan otot bisepnya menonjol. Kecuali soal rambut, perubahan fisik itu hasil bertinju. Tiga bulan terakhir, dia mengasah kepalan di Sasana Kelompok Penyanyi Jalanan, Bulungan, Jakarta Selatan.

Latihan itu merupakan persiapan film terbarunya, The Exocet, karya Ertanto Robby, yang syutingnya dimulai akhir bulan ini. Nichol, 20 tahun, mendapat peran utama sebagai Ellyas Pical, petinju pertama Indonesia yang menjadi juara dunia pada 1985.

Nichol digembleng Misyanto alias Little Holmes, yang pernah mengalahkan Chun Ju-do, juara dunia asal Korea Selatan yang sabuknya direbut Elly. “Karena Om Elly kidal, Pak Holmes langsung melatih saya dengan kuda-kuda kidal. Padahal saya kanan,” kata Nichol di Jakarta, Senin, 15 Juli lalu. Kini dia sudah menguasai ilmu dasar bertinju plus hook kiri andalan Elly, yang dijuluki “Rudal Exocet”.

Demi mendalami peran, aktor utama Dear Nathan (2017) ini sering nongkrong, bahkan menginap bareng para petinju di Bulungan, yang beberapa di antaranya asal Maluku, kampung halaman Elly. Ini peran impian Nichol. Meski lahir jauh setelah Elly pensiun, dia mengidolakan sang legenda lewat cerita ayahnya. Bahkan dia sempat bercita-cita menjadi petinju. “Sekarang tahu sulitnya jadi atlet. Latihannya gila. Saya jadi aktor saja deh, ha-ha-ha...,” ujarnya.

 


 

Dwi Soetjipto. TEMPO/Gunawan Wicaksono

 

Jurus Pendekar

KEPALA Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, 63 tahun, punya rutinitas khusus setiap pagi. Selama sekitar tiga puluh menit, pria yang akrab disapa Pak Tjip itu berlatih jurus-jurus silat. “Saya selalu memanfaatkan waktu untuk berlatih pernapasan atau teknik. Setelah itu, baru saya mandi,” ujarnya di kantor Tempo, Jumat, 12 Juli lalu.

Ia menekuni olahraga bela diri asli Indonesia itu sejak masih remaja di kota kelahirannya, Surabaya. Sejak itu, ia tak pernah lepas dari silat hingga meraih gelar pendekar. Di mana pun ditugaskan, ia melatih bibit-bibit pesilat di daerah tersebut hingga mereka menjuarai berbagai kejuaraan. “Biasanya menggunakan fasilitas kantor atau perusahaan,” ucap mantan Direktur Utama PT Semen Indonesia dan PT Pertamina tersebut.

Dwi menikmati silat karena itulah produk Indonesia yang dapat menembus dunia. Bagi dia, silat bermanfaat bagi kesehatan dan membuatnya menjadi produktif. “Ada tiga pilar dalam silat, yaitu teknik, pernapasan, dan kerohanian. Silat dapat memperkuat insting dan sense kita dalam menghadapi suatu masalah,” kata Ketua Umum Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri tersebut.

Sudah biasa mematahkan batang besi? “Ya, dulu kerjaannya seperti itu,” tuturnya, tersenyum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus