Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penderita penyakit diabetes alias kencing manis dan obesitas atau kegemukan bisa mengonsumsi tepung ubi kayu melalui tepung mocaf hasil inovasi yang dilakukan ahli dan peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Nurul Khumaida. "Salah satu kelebihan yang perlu diketahui masyarakat adalah bahwa tepung mocaf sesuai untuk pasien yang menderita diabetes dan obesitas karena kandungan glikemiksnya rendah serta bebas dari kandungan gluten," katanya melalui Humas IPB di Bogor, Jawa Barat, Selasa 14 Mei 2019.
Baca: Penderita Diabetes Tipe 2 Boleh Puasa, Tapi Pahami Tantangannya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nurul Khumaida, pakar ubi kayu IPB itu membuat alternatif tepung terigu, yaitu melalui tepung mocaf yang diberikan nama "Ka.Ta.Mo".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan bahwa tepung mocaf adalah tepung yang dikreasikannya dari produk lokal, yaitu tepung dari ubi kayu yang diproses menggunakan prinsip modifikasi sel ubi kayu dengan cara fermentasi. Proses pembuatan tepung mocaf, katanya, adalah pengupasan, pencucian, pemotongan, penggaraman, fermentasi, pengeringan dan yang terakhir barulah diproses menjadi tepung.
Fermentasi yang dilakukan dalam pembuatan tepung mocaf, kata dia, yakni dengan cara merendam ubi kayu pada air yang telah dicampur mikroba.
Ia mengatakan tepung mocaf memiliki berbagai keunggulan, antara lain kandungan serat terlarut lebih tinggi, dan kandungan kalsium lebih tinggi dan tidak menyebabkan kembung. Mengenai harganya, kata dia, cukup terjangkau, yakni tepung mocaf per kilogramnya adalah Rp 20 ribu.
Ia menjelaskan bahwa tepung mocaf bisa dimanfaatkan siapa saja, mulai dari orang umum, orang dengan gangguan pencernaan, orang dengan gangguan perkembangan, orang yang menderita diabetes, serta orang yang sedang mengendalikan obesitas.
Karena itu, dirinya ingin mengangkat ubi kayu sebagai bahan pangan unggul masyarakat dan mampu menyediakan produk yang unggul dan berkualitas untuk konsumen. Terlebih, kata dia, tingginya konsumsi tepung terigu di Indonesia merupakan masalah yang membutuhkan kebijakan yang tepat.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor komoditas gandum sebagai bahan dasar pembuatan tepung terigu pada semester pertama 2018 mengalami kenaikan 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 5,97 juta ton.
Naiknya konsumsi tepung terigu masyarakat juga dibarengi dengan peningkatan konsumsi gandum di sektor pakan ternak.
Baca: Bagaimana Tidur dengan Cahaya Terang Tingkatkan Risiko Diabetes?
Sementara itu, Indonesia dengan seluruh potensi kekayaan alam yang melimpah ruah perlu untuk dimanfaatkan, salah satunya adalah ubi kayu. Ubi kayu merupakan komoditas pertanian yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku produk pangan, pakan, maupun bahan baku industri. "Akan tetapi komoditas ini kurang mendapat perhatian yang serius dalam pengembangannya," kata Nurul Khumaida.