Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Air Minum Kemasan Galon Bisa Jadi Solusi Kurangi Sampah Plastik

Pakar menilai kemasan galon air minum isi ulang bisa menjadi solusi penyediaan air minum tanpa menambah sampah plastik.

27 Mei 2022 | 14.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi air dalam kemasan galon. quora.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat selama 2021 produksi sampah di Indonesia mencapai 68,5 juta ton. Dari total itu, sampah plastik menyumbang sekitar 11,6 juta ton atau 17 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pakar Teknologi Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Enri Damanhuri, menilai kemasan galon air minum isi ulang bisa menjadi solusi penyediaan air minum yang ramah lingkungan di Indonesia. Kemasan ini bisa digunakan secara berulang dan praktis tanpa menimbulkan potensi timbulnya persoalan sampah plastik baru yang dapat mengganggu lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau tiba-tiba penggunaan galon isi ulang ini tidak bisa digunakan lagi, apa penggantinya? Jangan kita kembali jungkir balik lagi. Sementara kita semua sepakat untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di lingkungan, tidak lagi menggunakan single-use plastic," katanya.

Laporan data produksi sampah plastik Nasional di 2021, beberapa tipe bahan plastik yang kerap ditemukan adalah Polypropylene (PP), Polyethylene Terephthalate (PET), dan Polycarbonate (PC), yang sebagian besar berasal dari produk air minum dalam kemasan (AMDK). Dengan kata lain, polusi sampah plastik AMDK masih menjadi krisis yang belum teratasi di Tanah Air.

Berdasarkan data olahan dari Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN) dan lembaga riset AC Nielsen, produk AMDK menyumbang 328.117 ton dari 11,6 juta ton sampah plastik sepanjang 2021. Menurut Enri, kemasan galon isi ulang justru dapat menjadi solusi karena di Indonesia memang belum banyak tersedia infrastruktur air siap minum atau air keran layak minum seperti di sejumlah negara maju.

Menurutnya, setiap kemasan memiliki keunggulan sendiri dari segi pertimbangan ketahanan, keamanan, maupun keramahan terhadap lingkungan, seperti kemampuan digunakan kembali sehingga tidak menimbulkan limbah plastik yang mengancam lingkungan.

"Penting menjadi perhatian juga adalah bagaimana perlakuan kita terhadap kemasan plastik itu setelah kita konsumsi air minumnya," ujarnya.

Secara persentase, volume sampah plastik pada 2021 naik dua kali lipat dibandingkan data 10 tahun terakhir. Hal inilah yang perlu diantisipasi oleh pemerintah dan segera direspons oleh pelaku usaha. Selain merupakan masalah lingkungan, sampah plastik juga mengandung mikroplastik yang berbahaya apabila tidak sengaja dikonsumsi manusia maupun hewan lain dan berdampak pada kesehatan.

Mikroplastik merupakan bahan yang mudah luruh di perairan. Riset Greenpeace Indonesia 2021 menunjukkan temuan mikroplastik di galon PET sekali pakai dan jika jumlah galon PET semakin banyak digunakan maka potensi pencemaran mikroplastiknya juga semakin tinggi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus